REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif dalam mencegah virus memasuki tubuh, begitu pula vaksin Covid-19. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan pada akhir April 2021, lebih dari 10 ribu warga AS positif Covid-19 setelah vaksinasi.
Para peneliti masih berusaha mencari tahu lebih banyak tentang kondisi itu dan apa saja dampaknya bagi pasien. Sebuah studi baru oleh University of Arizona Health Sciences menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengidap Covid-19 usai divaksin memiliki tiga kesamaan utama.
Pada studi yang terbit akhir Juni di New England Journal of Medicine itu, tim melihat data hampir 4.000 peserta. Sebanyak 204 peserta terinfeksi Covid-19, dengan lima di antaranya sudah menjalani vaksinasi penuh dan 11 divaksinasi sebagian. Ada juga 156 peserta yang tidak divaksin.
Kesamaan pada peserta yang terinfeksi Covid-19 setelah vaksinasi yakni viral load yang lebih rendah. Selain itu, para pasien juga mengalami waktu infeksi yang lebih singkat serta memiliki gejala yang lebih ringan daripada mereka yang terinfeksi namun belum divaksinasi.
Peserta yang mendapat vaksin Pfizer atau Moderna memiliki viral load 40 persen lebih rendah daripada yang tidak divaksin. Viral load berperan dalam seberapa parah penyakit yang diidap, terbukti lewat studi lain pada Oktober 2020 yang telah diterbitkan di Nature.
Dalam studi terkini, sebagian besar infeksi pada peserta yang tidak divaksinasi terdeteksi selama dua pekan atau lebih. Sementara, individu yang sudah menjalani vaksinasi sebagian cenderung punya kemungkinan 66 persen lebih rendah untuk mengalami infeksi virus yang berlangsung lebih dari satu pekan.
Gejala Covid-19 pada peserta yang divaksin rata-rata berlangsung enam hari lebih sedikit daripada peserta yang tidak divaksinasi. Vaksinasi parsial maupun penuh juga membuat peserta 58 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami demam yang terkait dengan infeksi Covid-19.
Tim menyimpulkan, dua dosis vaksin mRNA 91 persen efektif melawan infeksi Covid-19, dan satu dosis terhitung 81 persen efektif. Salah satu penulis studi, Jeff Burgess, menyampaikan bahwa vaksinasi membantu mengurangi virus dalam tubuh dan meringankan penyakit jika terinfeksi.
Profesor di Mel and Enid Zuckerman College of Public Health itu menyampaikan bahwa timnya masih melihat tingkat efektivitas vaksin yang sama tinggi dan merasa senang tentang hal itu. Namun, yang lebih penting adalah data sejumlah ukuran tingkat keparahan infeksi di antara individu.
"Perbandingan individu yang telah divaksinasi sebagai perbandingan dengan mereka yang belum, dan kami mengukur berapa banyak virus yang ada dan untuk berapa lama," kata Burgess, dikutip dari laman Best Life Online, Jumat (2/7).