Jumat 02 Jul 2021 12:12 WIB

Cara Mengembalikan Indra Penciuman Usai Terinfeksi Covid-19

Banyak orang merasa jika indra penciuman tidak berfungsi setelah terinfeksi COVID-19.

Kehilangan indera perasa dan penciuman mungkin merupakan salah satu gejala Covid-19. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Kehilangan indera perasa dan penciuman mungkin merupakan salah satu gejala Covid-19. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang merasa jika indra penciuman tidak berfungsi setelah terinfeksi COVID-19. Untungnya sekarang ada latihan yang sokong kembali sehatnya penciuman.

Karen dan Heiner Reese suka makan roti isi ikan dengan bawang bombai, yang di Jerman disebut Bismarck. Walaupun makanan ini enak, keduanya tidak bisa mengecap rasa makanan, sejak terinfeksi COVID-19.  

Baca Juga

Reese mengatakan, sekarang roti Bismarck yang sebenarnya agak asam, terasa tawar. ”Memang ada rasa asam sedikit, tapi bukan seperti Bismarck sepenuhnya."

Sementara suaminya, Heino Reese mengatakan, ia merasa ada yang garing saat menggigit. Itu kemungkinan bawang bombai, tapi tidak ada rasanya.

 

Covid-19 ganggu indra penciuman dan indra perasa?

Sebenarnya indera perasa kerap tidak terganggu. Demikian pengetahuan sejauh ini. Yang terganggu setelah sembuh dari sakit akibat COVID-9 adalah indra penciuman. Itulah yang juga berdampak pada indra perasa. 

Jika terinfeksi, virus bisa merusak sel-sel penciuman pada selaput lendir. Biasanya sel-sel itu bisa cepat melakukan regenerasi diri. Pada sejumlah pasien, gangguan penciuman berlangsung lama, atau mungkin bahkan menetap. 

Dr. Martin Laudien, ahli THT di klinik universitas Kiel mengatakan, sekitar 10 persen persen kemampuan mencium tetap terganggu. Jadi bukan hilang sepenuhnya. Tapi itu perubahan cukup berarti, setelah menderita sakit akibat COVID-19.

Apa yang sebabkan indra penciuman terganggu setelah Covid-19?

Masalahnya, tidak mudah menemukan gangguan pada indra penciuman. Setiap bau terdiri dari sejumlah molekul bau yang berbeda. Setiap molekul harus menemukan reseptor, agar bau yang tercium sesuai aslinya.

Jika sel-sel penciuman rusak akibat virus Corona, sejumlah molekul tidak menemukan reseptornya. Sehingga kesan yang disampaikan ke otak tidak sempurna, oleh karena itu membingungkan.

"Baru-baru ini, saya berjalan keluar dari ruang keluarga. Kami ketika itu punya kopi yang baru keluar panggangan, dan saya sebetulnya suka wangi yang nyaman itu. Tetapi saya malah merasa mencium bau gas,“ kata Heino Reese. 

Kemungkinan penyebab gangguan penciuman itu tidak hanya terletak pada sel penciuman di selaput lendir hidung yang diserang virus. Hasil sebuah eksperimen pada binatang menunjukkan, lewat sel penciuman, virus memasuki syaraf di belakangnya dan beredar ke otak. Di sana, virus mengganggu pengolahan impuls neurologis organ penciuman. 

Latihan indra penciuman setelah Covid-19

Latihan penciuman yang sederhana, yang efektifitasnya terbukti di sejumlah studi, bisa sangat memperbaiki persepsi bau. Untuk itu, pasien mencium secara teratur empat benda serupa spidol, yang diberi bebauan. 

"Orang menempatkannya di bawah hidung dan menciumnya, dan berusaha membayangkan apa yang dicium. Sebaiknya pagi dan malam hari, selama sekitar 10 detik, atau 15 detik," Dr. Martin Laudien menjelaskan.

Batang-batang seperti spidol itu memiliki aroma mawar, lemon dan cengkih. Alat pelatihan penciuman juga bisa dibuat sendiri. Misalnya dengan berbagai minyak esensial atau rempah-rempah. Dalam latihan mencium, yang penting bukan ketepatannya, melainkan bahwa bau itu bisa dideteksi.

“Walaupun ada sebuah unsur yang tidak terdeteksi, teruskan latihan. Terus mencoba merasakan,“ kata Dr. Martin Laudien. 

Dengan demikian, orang melatih jalur itu, hingga ke otak. Sehingga akhirnya terbentuk koneksi itu, dan indra penciuman akan kembali dalam hidup sehari-hari.

Setelah melewati terapi, sekarang Karen dan Heino Reese sudah bisa mencium lebih baik. Mereka berharap, lewat pelatihan pencuman, nantinya mereka akan bisa merasakan makanan lagi.

 

sumber: https://www.dw.com/id/latihan-untuk-indra-penciuman/a-57960802

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement