REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Data Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia tidak akan turun dan akan naik dari waktu ke waktu. Saat ini, ada 26 juta sampai 27 juta lansia di Indonesia sehingga pada 2045 nanti perbandingannya satu dari lima orang merupakan lansia.
Data laporan pada 2020 menunjukkan bahwa rasio ketergantungan lansia 15,54 persen. Belum lagi urusan kesehatan.
Presiden Pergemi, Prof. dr. Siti Setiati, Sp.PD-KGer, M.Epid mengatakan, masalah kesehatan lansia banyak. Mulai dari darah tinggi, gangguan gigi, gangguan lutut, diabetes, jantung, kanker, strok, mental (depresi, dimensia), gangguan nutrisi, hingga penyakit menular (misal infeksi saluran napas).
“Ternyata, warga lansia kita tak betul-betul sehat. Ada 44 persen lansia mengalami multi-morbilitas, sakitnya tak satu. Ada sebagian lansia kondisinya seperti itu,” kata Siti dalam diskusi “Mengenal Fenomena Kerentaan pada Lansia-Menuju Lansia Sehat dan Bahagia,” beberapa waktu lalu.
Perlu dipahami bahwa ada kategori lansia dan geriatri. Lansia itu orang yang masih cakap dan rata-rata tidak ada penyakit, fungsi kognitif masih baik hingga mampu melakukan sesuatu dengan baik.
Sementara itu, geriatri adalah lansia yang penyakitnya banyak. Mereka mengalami masalah multi-morbilitas, psikososial kompleks, ada ketergantungan dengan orang lain, dan mengalami sindrom kerentaan.
Siti menjelaskan bahwa kerentaan artinya suatu kondisi di mana terdapat peningkatan kerentanan terhadap ketergantungan/kematian apabila ada stressor. Misalnya, stres sedikit, infeksi flu, atau jatuh yang membuatnya mengalami ketergantungan hingga kematian.