Sabtu 19 Jun 2021 09:30 WIB

Enid Blyton Dinilai Rasis dan Xenofobia, Apa Sebab?

Enid Blyton merupakan penulis Lima Sekawan, Malory Towers, dan The Little Black Doll.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Bekas rumah penulis Enid Blyton dipasangi plakat biru dari English Heritage sebagai penanda sejarah.
Foto: Twitter English Heritage
Bekas rumah penulis Enid Blyton dipasangi plakat biru dari English Heritage sebagai penanda sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Badan amal English Heritage telah memperbarui biografi mendiang penulis Enid Blyton di situs webnya. Blyton dianggap sebagai penulis yang rasis, xenophobia, dan karyanya kurang bernilai sastra.

Keputusan English Heritage itu berdasar pada tinjauan ulang terhadap buku karya Blyton bertajuk The Little Black Doll. Buku anak yang pertama kali dirilis tahun 1965 itu dinilai bermuatan rasis.

Baca Juga

Buku cerita itu mendeskripsikan boneka Sambo sebagai anak yang jelek karena kulitnya hitam. Sambo baru akan diterima oleh pemiliknya setelah "wajahnya hitam jeleknya" tercuci "bersih" oleh hujan.

English Heritage juga mengklaim bahwa Royal Mint menolak untuk mengabadikan Blyton di koin 50 pence karena dia adalah seorang rasis, seksis, homofobia, dan bukan penulis yang sangat dihormati. Namun, organisasi tersebut menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menghapus plakat biru untuk penulis "Lima Sekawan" (Famous Five) itu.

Nama Enid Blyton telah diabadikan dalam sebuah plakat biru (blue plaque) yang dipajang di bekas rumahnya di Chessington, London barat daya. Plakat biru merupakan penanda yang mengaitkan suatu lokasi dengan orang terkenal, peristiwa bersejarah, atau bangunan bersejarah.

English Heritage berjanji untuk meninjau ulang semua plakat birunya setelah protes Black Lives Matter tahun lalu. Badan amal ini merupakan pengelola monumen, bangunan, dan tempat bersejarah di Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement