REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian penyintas Covid-19 mengeluhkan adanya perubahan aneh pada indra penciuman mereka. Perubahan ini bahkan membuat aroma kopi tercium seperti bau bensin bagi mereka.
Marcel Kuttab merupakan salah satu penyintas Covid-19 yang mengalami kondisi ini. Kuttab merupakan penyintas yang mencium aroma kopi seperti bau bensin.
Kondisi serupa juga dialami oleh penyintas Covid-19, Brooke Viegut. Setelah terkena Covid-19, Viegut sempat mengalami kehilangan indra penciumannya atau anosmia.
Sebelum Viegut mendapatkan kembali indra penciumannya, dia merasakan perubahan pada indra penciumannya. Perubahan ini membuat Viegut tak bisa menoleransi aroma bawang putih, bawang bombai, dan daging. Bahka, brokoli tercium seperti aroma kimia bagi Viegut.
Janet Marple merupakan penyintas Covid-19 lain yang juga mengalami hal serupa. Marple mengatakan, perubahan pada indra penciumannya membuat dia merasa bahwa kopi, selai kacang, dan kotoran atau feses memiliki aroma yang sama seperti karet terbakar.
"Saya benar-benar menahan napas ketika mengeramasi rambut saya, dan mencuci pakaian merupakan pengalaman yang buruk sekali," kata Marple kepada The Times, seperti dilansir di Mail Online.
Perubahan indra penciuman yang dialami oleh ketiga penyintas Covid-19 ini dikenal sebagai parosmia. Parosmia merupakan suatu gangguan di mana aroma menjadi terdistorsi. Aroma-aroma yang semula dapat dinikmati jadi memberikan efek yang sebaliknya.
Parosmia dan anosmia merupakan dua kondisi yang cukup umum dialami oleh pasien dan penyintas Covid-19. Saat ini, ada ribuan pasien dan penyintas Covid-19 dengan keluhan parosmia atau anosmia yang tergabung ke dalam grup di media sosial Facebook.
Masalah indra penciuman dapat berpotensi memicu permasalahan yang lebih besar. Sebagai contoh, sebuah keluarga di Texas hampir tak memiliki waktu untuk menghindari sumber api karena tiga dari empat anggota keluarga tersebut mengalami Covid-19 dan tak dapat mencium aroma asap.
Peningkatan gangguan penciuman pada kasus Covid-19 mendorong para ilmuwan untuk meneliti bagaimana virus corona memberikan dampak pda indra penciuman. Para ilmuwan kini berfokus pada sebuah jaringan bernama olfactory epithelium dalam penelitian-penelitian mereka.
Olfactory epithelium merupakan sebuah pusat saraf yang berada di dalam hidung. Jaringan ini berfungsi untuk mendeteksi bau dan mengirimkan pesan ke otak. Ketika sel-sel saraf memperbaiki diri selama proses pemulihan Covid-19, sel-sel tersebut bisa membuat hubungan yang keliru sehingga menyebabkan terjadinya parosmia. Kondisi tersebut dapat diibaratkan seperti sebuah piano rusak, dengan kawat-kawat yang hilang atau terhubung dengan nada yang keliru.
Pasien atau penyintas Covid-19 yang mengalami anosmia atau parosmia disarankan untuk menjalani latihan penciuman. Dalam latihan ini, pasien diminta untuk mencium aroma-aroma poten secara rutin dalam jangka waktu tertentu untuk menstimulasi saraf hidung mereka.