REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19, cenderung dapat mengembangkan perlindungan atau kekebalan alami terhadap infeksi. Saat ini para ahli juga melihat perlunya lebih banyak penelitian untuk mengetahui efektivitas vaksin pada orang yang minimal telah satu kali terinfeksi.
Dilansir Hindustan Times, Jumat (11/6), pedoman terbaru kementerian kesehatan mengatakan bahwa mereka yang dites positif Covid-19, harus menunggu selama tiga bulan setelah pemulihan untuk divaksinasi, karena memiliki antibodi alami. Namun, sekelompok pakar kesehatan masyarakat yang terdiri dari dokter dari AIIMS dan anggota Gugus Tugas Nasional Covid-19, menyarankan tidak perlunya vaksin bagi orang yang pernah terinfeksi Covid-19.
Sebelumnya AIIMS Delhi telah melakukan penelitian tentang terobosan infeksi. Penelitian menunjukan bahwa vaksinasi menghentikan infeksi ulang menjadi parah, tetapi itu menjamin perlindungan dari infeksi ulang.
Sebuah studi Lancet tentang infeksi ulang menyatakan risiko infeksi ulang berkurang hingga 10 bulan setelah infeksi pertama. Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University College London ini didasarkan pada pengujian antibodi dari orang-orang yang sebelumnya terinfeksi dan mereka yang tidak. Menurut laporan para ahli India, tidak ada cukup bukti bahwa vaksin bermanfaat setelah infeksi alami.
"Tidak perlu memvaksinasi orang yang telah terinfeksi Covid-19. Orang-orang ini dapat divaksinasi setelah menghasilkan bukti bahwa vaksin bermanfaat setelah infeksi alami," tulis laporan itu.
Karena tujuan dari upaya vaksinasi seharusnya adalah untuk mengendalikan penyakit, maka mereka yang telah terinfeksi disarankan tidak boleh menjadi prioritas, karena secara alami telah dilindungi. Hal itu juga agar dapat menghemat sumber daya yang cukup besar jika mengecualikan orang dewasa yang telah pulih dari infeksi alami.
Berikut beberapa saran lain terkait vaksin dari kelompok ahli
1. Strategi vaksinasi harus dipandu oleh serosurvei lokal yang berulang dan real-time untuk memetakan kerentanan di tingkat kabupaten.
2. Penelitian lebih lanjut tentang infeksi ulang, infeksi di antara orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.
3. Vaksinasi yang tidak direncanakan dapat memicu strain mutan, kata para ahli, mengacu pada vaksinasi kelompok umur, yang belum didukung oleh bukti.