Senin 07 Jun 2021 00:05 WIB

Flu Burung H10N3 Terdeteksi pada Manusia, Ini Gejalanya

Penyakit ini dapat memunculkan beberapa gejala yang patut diwaspadai.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
China telah melaporkan temuan kasus flu burung H10N3 pertama di dunia pada manusia.
Foto: Pixabay
China telah melaporkan temuan kasus flu burung H10N3 pertama di dunia pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China telah melaporkan temuan kasus flu burung H10N3 pertama di dunia pada manusia. Penyakit ini dapat memunculkan beberapa gejala yang patut diwaspadai.

National Health Commission Cina mengungkapkan bahwa flu burung yang disebabkan oleh strain H10N3 ini ditemukan pada seorang pasien laki-laki berusia 41 tahun. Pasien tersebut merupakan pasien pertama di dunia yang terkonfirmasi mengalami flu burung dari strain H10N3.

Baca Juga

Pasien tersebut dirawat di rumah sakit pada penghujung April 2021. Penyakit yang diidap pasien tersebut baru berhasi teridentifikasi sebagai flu burung H10N3 pada 28 Mei 2021.

Belum diketahui dengan jelas bagaimana pasien laki-laki asal Provinsi Jiangsu tersebut terkena flu burung H10N3. Akan tetapi, pasien dalam kondisi stabil selama dirawat dan saat ini sudah dipulangkan dari rumah sakit.

Flu burung atau avian influenza pada dasarnya merupakan jenis flu menular yang menyebar di antara burung. Dalam beberapa kasus, flu ini dapat menular ke manusia.

Ada beragam strain flu burung yang tidak dapat menginfeksi manusia. Sebagian strain flu burung bisa menginfeksi manusia namun tidak dengan mudah. Akan tetapi, ada beberapa kasus kematian pada manusia yang diketahui berkaitan dengan flu burung.

Flu burung dapat menular ke manusia melalui kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi, baik hewan mati maupun hidup. Flu burung ini menyebar melalui cairan tubuh seperti feses, liur, dan droplet hidung. Oleh karenanya, manusia bisa terinfeksi flu burung ketika menyentuh atau berkontak dengan burung yang terinfeksi, berada dekat dengan kotoran atau tempat tinggal burung terinfeksi, atau menyentuh daging burung terinfeksi yang hendak diolah untuk dikonsumsi.

Profesor Peter Horby dari University of Oxford mengatakan sebagian besar virus flu burung tidak dapat beradaptasi dengan baik pada manusia. Oleh karena itu, flu burung cenderung memicu timbulnya beberapa kasus tanpa transmisi lanjutan.

Akan tetapi, ada kalanya virus dari hewan bisa beradaptasi dengan baik pada manusia. Bila itu terjadi, ada risiko pandemi yang perlu diwaspadai.

"Kita perlu memantau kasus-kasus ini dengan sangat hati-hati," jelas Profesor Horby, seperti dilansir Independent, Ahad (6/6).

Secara umum, flu burung memiliki gejala yang mirip dengan jenis flu lain. Beberapa gejala flu burung yang perlu diketahui adalah suhu tubuh tinggi, merasa panas, atau menggigil. Gejala lainnya adalah nyeri otot, sakit kepala, dan batuk.

Ada pula beberapa gejala awal yang bisa terjadi. Sebagian di antaranya adalah diare, sakit perut, konjungtivitis, nyeri dada, dan perdarahan hidung atau gusi. Gejala-gejala flu burung ini umumnya muncul sekitar tiga hingga lima hari setelah terinfeksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement