REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang kini secara terbuka bisa mempelajari Covid-19, entah itu dari membaca hasil penelitian maupun dari berita. Namun, seiring berjalan waktu, pertanyaan orang pun kian bertambah, terutama menyoal kekebalan tubuh.
Misalnya saja, beberapa orang yang bersedia untuk divaksin ini bertanya, apa fungsi dari vaksin? Bagaimana dengan penyintas Covid-19, apakah masih membutuhkan vaksin?
Dokter mengonfirmasi, meskipun antibodi Covid-19 ada dalam tubuh, penyintas masih memerlukan vaksin untuk perlindungan yang lebih baik. Tapi, apa itu antibodi? Bagaimana seseorang tahu jika mereka masih memilikinya?
Kepala Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Fortis Hiranandani, Vashi di India, Dr Chandrashekhar T, menjelaskan bahwa antibodi juga disebut 'imunoglobulin'. Ini adalah protein pelindung yang diproduksi oleh sistem kekebalan seseorang sebagai respons terhadap antigen, yang pada dasarnya adalah zat asing yang ditemukan saat virus menginfeksi tubuh.
“Tes antibodi mengukur keberadaan antibodi dalam darah. Kegunaan klinis utama dari tes antibodi adalah untuk menilai orang yang terpapar virus di masa lalu, dan mengembangkan kekebalan potensial terhadap infeksi SARS-CoV-2,” katanya.
Namun, Dr Chandrashekhar memperingatkan, tes antibodi tidak direkomendasikan secara rutin. Ini hanya direkomendasikan untuk beberapa pasien saja.
“Untuk pasien yang menggunakan steroid jangka panjang, metotreksat, HIV-positif, memiliki penyakit ginjal stadium akhir, memiliki penyakit hati kronis, dan banyak lagi,” papar dia.