Kamis 27 May 2021 00:24 WIB

Dua Gejala yang Iringi Risiko Kematian Pasien Covid-19

Segera ke rumah sakit jika mendapati dua gejala yang dapat memperparah Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas medis menangani pasien terlihat di layar pemantau ruang ICU, Gedung COVID lantai II, RSUP Dr.M.Djamil, Padang, Sumatera Barat, Senin (24/5/2021). RSUP Dr.M.Djamil Padang menambah ruangan isolasi dan perawatan dengan 84 tempat tidur, untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19 pasca Lebaran pada Mei 2021.
Foto:

Di antara para partisipan tersebut, ada cukup banyak pasien yang mengalami hipoksemia atau saturasi oksigen darah yang rendah, dengan angka 91 persen ke bawah. Tak sedikit pula pasien yang mengalami takipnea atau bernapas cepat dengan tolak ukur 23 kali napas per menit. Meski begitu, hanya sedikit dari para partisipan yang merasa sesak napas atau mengalami batuk.

Ada 197 partisipan yang meninggal akibat Covid-19 selama studi ini berlangsung. Setelah menganalisis data yang dimiliki, tim peneliti mendapati bahwa pasien Covid-19 yang mengalami hipoksemia memiliki risiko kematian 1,8-4,0 kali lebih besar dibandingkan pasien Covid-19 tanpa hipoksemia, tergantung kadar oksigen darah pasien.

Selain itu, pasien Covid-19 dengan takipnea memiliki risiko mortalitas 1,9-3,2 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan laju pernapasan normal. Hampir semua pasien dengan hipoksemia dan takipnea membutuhkan oksigen tambahan.

"Kami memberikan oksigen tambahan kepada pasien untuk menjaga saturasi oksigen darah pada 92-96 persen," ujar Dr Sotoodehnia.

Berdasarkan temuan ini, Dr Sotoodehnia merekomendasikan orang-orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk memiliki atau meminjam alat pulse oximeter. Terlebih bila pasien berisiko tinggi terhadap gejala berat karena memiliki komorbid seperti obesitas. Alat pulse oximeter bermanfaat untuk memantau kadar oksigen darah pasien Covid-19.

Cara lain yang lebih mudah untuk pemantauan mandiri di rumah adalah dengan mengukur laju pernapasan. Hitung berapa kali napas dilakukan dalam satu menit. Teman atau keluarga dapat memantau jumlah napas pasien selama satu menit ketika pasien fokus dengan aktivitas bernapas mereka.

"Bila Anda (pasien) mencapai 23 napas per menit, Anda perlu mengontak dokter Anda," jawab Dr Sotoodehnia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement