Selasa 25 May 2021 11:38 WIB

Membentuk Pola Makan Sehat dalam Keluarga

Konsumsi minuman dengan kadar gula sangat tinggi indikator asupan makanan tak sehat

Ibu menyusui. (Ilustrasi)
Foto: Republika
Ibu menyusui. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penting bagi masyarakat khususnya para ibu untuk membentuk pola makan sehat dalam keluarga. Dimulai dengan memberi arahan tentang pola makan yang baik dan benar pada anak-anak sejak dini sebagaimana telah dipaparkan dalam tumpeng gizi seimbang. 

Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar mengatakan gula merupakan produk berkalori dengan kandungan gizi kosong yang menempati puncak tumpeng gizi seimbang. Maknanya, gula perlu dibatasi jumlah asupannya. 

Pernyataan Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) itu disampaikan terkait masih banyaknya ibu-ibu yang memberikan susu kental manis (SKM) kepada bayi dan anak-anak mereka. Menurutnya, SKM tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak-anak karena kandungan gulanya yang cukup tinggi. “Itu hanya untuk topping buat makanan seperti es campur ataupun buat kopi," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/5).

Nia mengatakan konsumsi minuman dengan kadar gula sangat tinggi merupakan indikator asupan makanan yang tidak bagus, dikarenakan konsumsi yang tinggi kalori. Kalori yang didapat dari gula memberikan nilai gizi rendah yang menyebabkan kenaikan berat badan tidak sehat. “Karena ada risiko kerusakan gigi, obesitas dan penyakit degeneratif yang akan terbawa sampai dewasa,” katanya.

Menurut Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-2971-1998, Susu Kental Manis adalah produk susu berbentuk kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh. Atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. 

Kandungan gula pada SKM menurut ketentuan SNI adalah 43-48 persen, yang merupakan gula yang ditambahkan. “SKM sama sekali tidak bisa ditempatkan sejajar dengan susu sebagaimana dipahami secara umum,” ucap Nia.

Nia mengamati ada beberapa faktor yang menyebabkan pemberian SKM kepada bayi dan anak-anak. Salah satunya karena ketidaktahuan informasi mengenai SKM itu bukan susu yang disebabkan edukasi ke masyarakat yang masih kurang.  

Untuk membantu pemerintah mencegah masyarakat memberikan SKM kepada bayi dan anak, menurut Nia, AIMI ikut memberikan edukasi ke masyarakat. "Kita selalu menyosialisasikan tentang pentingnya menyusui bayi," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement