REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Parfum tercatat telah digunakan sejak zaman Mesopotamia kuno, sebagai penunjang penampilan dan terbukti bisa meningkatkan level percaya diri serta mendukung aktivitas harian penggunanya.
Riset yang dilakukan oleh S Craig Roberts dan diterbitkan di buku Applied Evolutionary Psychology 2012 menyimpulkan, fungsi wewangian dari parfum terbukti secara ilmiah bisa memperbaiki mood dan keadaan emosional, meningkatkan performa kognitif, serta memperkuat daya memori dari pemakainya.
Parfum dengan karakter wewangian dari Inggris dan Perancis menjadi salah satu yang paling digemari masyarakat Indonesia. Wewangian jenis sitrus dari merek parfum premium seperti Jo Malone, Chanel, atau Kenzo tercatat paling digemari masyarakat Indonesia.
Namun, kendala harga menjadi perhatian utama dari mereka untuk bisa memiliki parfum itu. Sehingga, saat ini di pasaran banyak dikenal ‘dupe perfume’ dimana jenis parfum ini memiliki wewangian yang sama dengan berbagai merek parfum premium.
Terkadang bahan baku yang digunakan dalam dupe parfum itu tidak terstandar dan membahayakan penggunanya. “Masih banyak produsen yang menggunakan bahan yang dilarang oleh BPOM, sebagai upaya untuk memberikan harga murah kepada pecinta parfum,” ungkap Sales Manager Farah Parfum, Rudi Gunawan.
Metanol adalah yang paling umum ditemukan di pasaran sebagai bahan berbahaya yang dicampurkan pada pelarut parfum. Saat ini Inspired Perfume telah menjadi alternatif utama para pecinta parfum untuk mendukung aktivitas sehari-hari.
Sebagai salah satu produsen dupe parfum lokal pertama di Indonesia yang bersertifikat BPOM, Farah Parfum memberikan tiga tips dasar bagi pecinta parfum Indonesia untuk dapat mengenali standar keamanan dalam menggunakan Dupe Parfume.
1. Produk Bebas Metanol
Metanol biasa digunakan sebagai pelarut pada campuran parfum berharga murah dan menjadi komposisi berbahaya paling banyak ditemukan pada parfum murah yang dijual tanpa sertifikasi BPOM. Dilansir dari penelitian Iswara et.al tentang kandungan bahan pada parfum yang dimuat di Indonesian Journal of Chemical Research menemukan, masih ada ditemukan kandungan metanol pada parfum yang beredar.
Penggunaan parfum mengandung metanol yang berulang-ulang bisa menyebabkan keracunan sistematik, gangguan otak, gangguan penglihatan dan kebutaan. Lebih lanjut, bahaya untuk kulit jika terjadi kontak secara langsung yang bisa menyebabkan efek toksik pada kulit, seperti menyebabkan kemerahan pada kulit atau dermatitis dan efek seperti terbakar.