REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang menganggap cuaca buruk membuat mereka merasakan gangguan fisik, umumnya sakit kepala. Ternyata, memang ada dasar ilmiah mengapa beberapa orang bisa mengalami hal demikian.
Profesor Neurosains di Durham University, Amanda Ellison, mengutip penelitian tentang orang yang sakit kepala akibat cuaca buruk. Dari total peserta penelitian, lebih dari 60 persen migrain karena sensitif terhadap cuaca.
Pada 2015, peneliti yang mengumpulkan angka penjualan harian obat sakit kepala di Jepang menemukan bahwa penjualan mencapai puncaknya secara signifikan ketika tekanan barometrik rata-rata menurun. Kondisi ini sering terjadi sebelum cuaca buruk.
Mengapa sakit kepala seperti itu bisa terjadi? Alasan pertama berhubungan dengan sinus, empat rongga kecil berisi udara di tulang wajah. Perubahan tekanan atmosfer dapat menyebabkan ketidakseimbangan tekanan sinus yang memicu peradangan dan nyeri.
Efeknya bisa berbeda, tergantung pada sinus mana yang paling terpengaruh. Mulai dari nyeri dahi, nyeri di antara mata atau di belakang mata, nyeri di wajah, atau sakit kepala yang lebih menyebar di depan atau belakang kepala.
Penjelasan lain sakit kepala terkait cuaca berkaitan dengan bagaimana perubahan tekanan udara mengubah aliran darah di sistem serebrovaskular. Pada akhirnya, itu mengontrol bagaimana darah diedarkan di area kepala.
Pembuluh darah dari sistem serebrovaskular memiliki reseptor yang aktif. Pembuluh darah yang melebar terlalu banyak akan bertindak sebagai sistem peringatan dini bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan menimbulkan rasa sakit.
Jatuhnya tekanan udara akibat cuaca buruk bukan satu-satunya penyebab. Peningkatan kelembapan udara juga dapat menyebabkan sakit kepala melalui sinus. Kelembapan yang tinggi dapat meningkatkan jumlah lendir yang dihasilkan lapisan sinus.
"Akibatnya, terjadi hidung tersumbat, radang, dan ketidaknyamanan pada sinus serta sakit kepala. Karena tidak banyak yang dapat kita lakukan tentang cuaca, berdiamlah di ruangan dengan tekanan yang bisa diatur," kata Ellison dikutip dari laman Metro baru-baru ini.
Mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan dekongestan dapat pula membantu mengatasi rasa sakit sampai cuaca membaik. Namun, perlu dicatat bahwa sakit kepala jarang terjadi karena satu pemicu saja.
Selain perubahan tekanan atmosfer, bisa juga sakit kepala dipicu postur tubuh yang buruk dan peradangan pada tubuh. Otot yang berkontraksi dalam waktu lama, stres, dehidrasi, dan tidak makan dengan nutrisi seimbang pun bisa jadi pemicu.
Ketika cuaca buruk datang, cegah sakit kepala dengan mengunyah permen karet. Itu dapat membantu menyamakan tekanan di sinus melalui mulut, hidung, dan tuba Eustachius sehingga menangkal sakit kepala.
Memilih permen karet bebas gula yang mengandung xylitol akan memberikan manfaat tambahan untuk menjaga selaput lendir. Meningkatkan obat penghilang rasa sakit alami, seperti serotonin dan dopamin, juga penting.
Bahan kimia tersebut sangat terlibat dalam membentuk suasana hati seseorang. Tidak heran jika kadar serotonin di tubuh dalam kondisi rendah dapat memicu migrain. Itu sebabnya orang sering mendambakan cokelat saat sakit kepala.
Menyantap cokelat dapat meningkatkan serotonin, dopamin, dan oksitosin yang dikenal sebagai obat penghilang rasa sakit yang ampuh. Cara lain adalah dengan menjaga neurotransmitter tetap terisi dengan melakukan hal-hal yang disukai.
Mengobrol dengan teman atau mendengarkan musik akan memastikan keseimbangan hormonal yang baik sekaligus mengurangi dampak sakit kepala. Ketika cuaca di luar buruk, duduklah menonton film dengan orang yang dicintai sambil makan cokelat.