REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari lusinan studi telah menemukan bahwa duduk terlalu lama berbahaya untuk kesehatan. Berbagai efeknya tidak bisa disepelekan, seperti risiko penyakit jantung, kondisi kesehatan kronis, hingga memicu kematian dini.
Dalam sebuah riset, para peneliti dari Harvard dan sejumlah universitas terkemuka Eropa melacak lebih dari 44 ribu peserta lelaki dan perempuan hingga periode 14 tahun. Mereka yang tidak banyak melakoni aktivitas fisik cenderung berusia lebih pendek.
Kurangnya aktivitas fisik bisa berupa duduk terlalu lama, yang kini diperparah juga oleh pandemi sehingga kegiatan di luar rumah menjadi terbatas. Pakar kinesiologi (ilmu yang mempelajari tentang gerakan tubuh) berharap banyak orang berbuat sesuatu mengenainya.
Asisten profesor kinesiologi di Universitas Negeri Iowa, Jacob Meyer, menyoroti dampak dari perilaku sedentari atau kurang aktif bergerak. Meyer juga merupakan peneliti yang mempelajari efek buruk pandemi terhadap aktivitas fisik seseorang.
"Bahkan hanya sepekan penambahan waktu sedentari dalam aktivitas seseorang bisa menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik dan mental," kata Meyer, seperti dikutip dari laman Yoga Journal, Kamis (22/4).
Duduk terlalu lama sesungguhnya tidak hanya dilakukan manusia era modern. Hanya saja, manusia di masa lampau melakukannya secara berbeda. Profesor biologi evolusioner Harvard, Daniel Lieberman, mempelajari sejarah mengenai kebiasaan tersebut.
Lieberman melakukan pengamatan langsung terhadap penduduk Pemja, daerah terpencil di Kenya, yang masih hidup seperti nenek moyang dan tidak tersentuh kenyamanan modern. Praktik kebiasaan duduk di sana dipandang sangat berbeda.
Penduduk Pemja banyak melakukan pekerjaan fisik untuk bertahan hidup. Mereka berjalan sekitar delapan kilometer sehari. Bagi mereka, duduk adalah jeda dari aktivitas fisik, yang rata-rata dilakukan sekitar 10 jam setiap hari, tapi bukan di kursi atau sofa.
Tanpa penyangga yang empuk, mereka menggunakan banyak otot untuk menopang tubuh dalam posisi duduk. Selagi duduk, mereka sering bangun dan bergerak. Tentunya, tidak ada layar gawai atau televisi untuk menyibukkan perhatian mereka.