Rabu 07 Apr 2021 13:02 WIB

Covid-19 Tingkatkan Risiko 4 Masalah Kesehatan Ini

Penyintas Covid-19 memiliki risiko 16 persen lebih besar mengalami masalah psikologi.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Demensia (ilustrasi)
Foto: Piqsels
Demensia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang pernah terkena Covid-19 dalam enam bulan terakhir memiliki risiko lebih besar terhadap empat masalah kesehatan. Keempat masalah kesehatan tersebut adalah depresi, demensia, psikosis, dan strok.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan tim peneliti asal Inggris. Dalam studi ini, tim peneliti melakukan penilaian terhadap lebih dari 500 ribu kondisi pasien. Kondisi para partisipan dibandingkan dengan partisipan lain dengan usia, jenis kelamin, etnis, dan masalah kesehatan yang sama.

Baca Juga

Tim peneliti berupaya mencari tahu seberapa besar kemungkinan orang-orang yang pernah terkena Covid-19 untuk mengalami 14 masalah psikologis dan saraf. Sebagian dari 14 masalah tersebut adalah hemoragik otak, strok, Parikinson, sindrom Guillain-Barre, demensia, psikosis, gangguan mood, dan gangguan kecemasan.

Berdasarkan studi ini, tim peneliti menemukan bahwa penyintas Covid-19 memiliki risiko 16 persen lebih besar untuk mengalami masalah psikologis atau saraf dibandingkan penyintas infeksi saluran pernapasan lain. Penyintas Covid-19 juga memiliki risiko 44 persen lebih tinggi untuk mengalami masalah tersebut dibandingkan penyintas flu.

Gangguan mood dan kecemasan paling sering ditemukan pada orang-orang yang terkena Covid-19. Akan tetapi, peneliti menilai kemunculan gangguan tersebut lebih dipicu oleh stres karena sakit atau dibawa ke rumah sakit.

Tim peneliti juga mendapati bahwa sebagian orang yang pernah terkena Covid-19 akan mengalami strok atau depresi dalam waktu enam bulan. Studi ini merupakan studi observasi, sehingga peneliti mengatakan studi ini tak dapat menjadi bukti bahwa Covid-19 yang menyebabkan kemunculan masalah-masalah psikologis atau saraf tersebut.

Ada sekitar 2 persen penyintas Covid-19 yang mengalami strok di kemudian hari. Akan tetapi, angka tersebut meningkat jadi 7 persen pada penyintas Covid-19 yang pernah dirawat di ICU dan menjadi 9 persen pada penyintas Covid-19 yang pernah mengalami gejala delirium.

Demensia juga mengenai 0,7 persen penyintas Covid-19. Angka ini meningkat jadi 5 persen pada penyintas Covid-19 yang pernah mengalami gejala delirium.

"Studi-studi sebelumnya menyoroti bahwa orang-orang dengan demensia memiliki risiko lebih besar mengalami Covid-19 berat, studi bar ini menginvestigasi apakah yang hubungan yang sebaliknya juga terjadi," kata Kepala Peneliti Alzheimer's Research UK Dr Sara Imarisio, seperti dilansir BBC.

Profesor di bidang saraf dari University of Oxford Masud Husain mengatakan ada bukti bahwa virus penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2, bisa memasuki otak dan menyebabkan kerusakan secara langsung. Virus tersebut juga dapat memberikan dampak tak langsung, seperti menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang kemiduan menyebabkan strok.

Prof Dame Til Wykes dari Institute of Psychiatry, Psychology, and Neuroscience di King's College London mengatakan studi terbaru ini mengonfirmasi kecurigaan bahawa penyakit Covid-19 tak hanya berkaitan dengan gejala respirasi saja. Penyakit Covid-19 juga bisa berkaitan dengan masalah psikiatri dan saraf.

"Meski kondisinya lebih serius pada penyintas yang pernah dirawat di rumah sakit, studi menunjukkan bahwa efek serius juga tampak pada mereka yang tidak dirawat di rumah sakit," pungkas Prof Wykes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement