REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan pemerintah harus waspada dan memiliki strategi yang ketat terkait berbagai macam mutasi virus Covid-19 yang bermunculan di Indonesia. Salah satunya mutasi virus corona E484K alias "Eek".
"Mencegah mutasi virus-virus baru pemerintah harus punya strategi yang kuat. Membatas orang atau wisatawan dari luar melalui darat, udara maupun laut. Mereka yang dari luar negeri juga harus dikarantina selama 14 hari jangan 5 hari. Hal ini harus dilakukan jika ingin kasus Covid-19 tidak semakin bertambah," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (6/4).
Pemerintah menurutnya memang butuh terus cepat mengambil langkah. Di antaranya melakukan testing dan screening. Jangan sampai menganggap hal ini biasa saja. Sebab, virus-virus yang sudah bermutasi berpotensi memperburuk kondisi kasus Covid-19 di Indonesia.
"Saya sudah berkali kali ingatkan, kami akan dihadapi oleh mutasi virus-virus yang baru. Mau tidak mau harus siap. Jika lengah kasus Covid-19 akan semakin naik dan banyak yang terancam atas nyawanya. Tolong pemerintah bisa lakukan secara cepat untuk membuat kebijakan atas mutasi baru ini," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengonfirmasi varian corona Eek atau E484K terdeteksi muncul di wilayah DKI Jakarta. Itu merupakan temuan kasus pertama di Indonesia.
"Iya, di wilayah DKI Jakarta," katanya saat dikonfirmasi Antara melalui pesan singkat terkait temuan kasus pertama E484K di Indonesia, Senin (5/4).
Siti Nadia mengatakan, pemeriksaan spesimen E484K dilakukan oleh otoritas terkait di Indonesia sejak Februari 2021.
"Tetapi, dilaporkannya (temuan kasus) pada dua atau tiga hari yang lalu di GISAID oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman," katanya saat ditanya kapan E484K ditemukan di Jakarta.
Eijkman adalah lembaga penelitian pemerintah yang bergerak dalam bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Sementara, GISAID merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang bank data yang saat ini menjadi acuan untuk data genom virus corona SARS- CoV-2.
Namun, Siti Nadia belum memberikan keterangan lebih perinci terkait informasi seputar varian virus corona E484K yang dimaksud. Sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus tersebut, Siti Nadia beserta jajaran terkait sedang melakukan pelacakan kasus untuk mendeteksi potensi penularan penyakit berdasarkan kontak erat. "Kita sedang melaksanakan pelacakan kasus kontak," katanya.