REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang mengalami insomnia dan burnout memiliki risiko lebih besar untuk terkena Covid-19. Kedua kondisi tersebut diyakini melemahkan sistem imun sehingga turut mempengaruhi risiko seseorang terkena Covid-19.
Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Johns Hopkins University Bloomberg School of Public Health. Studi yang dimuat dalam jurnal BMJ Nutrition Prevention and Health tersebut melibatkan 2.884 tenaga kesehatan (nakes) dari Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat dalam sebuah survei. Sebanyak 568 nakes di antaranya pernah terkena Covid-19.
Di antara nakes yang pernah terkena Covid-19, sebanyak 24 persen di antaranya mengalami kesulitan tidur di malam hari. Pada kelompok nakes yang tak pernah terkena Covid-19, terdapat 21 persen nakes yang mengalami kesulitan serupa.
Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang pernah terkena Covid-19 memiliki kecenderungan pernah mengalami tiga atau lebih masalah tidur. Mereka juga lebih cenderung melaporkan adanya kebutuhan untuk menggunakan obat tidur sebelumnya.
Penambahan durasi jam tidur malam diketahui dapat membantu menurunkan risiko seseorang yang insomnia untuk terkena Covid-19. Untuk setiap penambahan durasi tidur malam selama satu jam, risiko terkena Covid-19 tampak menurun sebanyak 12 persen.
Hal yang serupa juga berlaku dalam kasus burnout. Burnout merupakan sebuah kondisi di mana seseorang emrasakan kelelahan emosi, fisik, dan mental akibat stres berlebih dan berkepanjangan. Sekitar 5,5 persen nakes yang pernah terkena Covid-19 melaporkan bahwa mereka mengalami burnout setiap hari.
Mereka yang sering mengalami burnout setiap hari memiliki risiko dua kali lipat lebih besar untuk terkena Covid-19. Pasien Covid-19 yang sering mengalami burnout juga memiliki kecenderungan tiga kali lebih besar untuk mengalami infeksi Covid-19 yang berat dibandingkan pasien Covid-19 yang tak mengalami burnout.
Belum diketahui bagaimana proses biologi yang terjadi di balik peningkatan risiko Covid-19 akibat insomnia dan burnout. Akan tetapi, peneliti meyakini bahwa kedua kondisi tersebut dapat melemahkan sistem imun. Sistem imun yang melemah ini kemudian memperbesar kemungkinan untuk terkena Covid-19.
"Studi ini mengindikasikan bahwa burnout dapat memprediksi secara langsung atau tidak langsung mengenai penyakit akibat stres okupasi yang mengganggu sistem imun dan perubahan kadar kortisol," tukas peneliti, seperti dilansir Mail Online, Selasa (23/3).
Melalui studi ini, tim peneliti juga menemukan bahwa kurang tidur di malam hari, gangguan tidur yang berat, dan tingkat burnout yang tinggi mungkin dapat menjadi faktor risiko Covid-19 pada orang-orang yang berada di garda terdepan penanganan Covid-19, seperti nakes. Studi ini dinilai menyoroti pentingnya menjaga kesejahteraan para nakes selama pandemi Covid-19.