REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Karier tidak bisa dibangun dalam satu kejapan mata. Karir merupakan satu proses panjang dari usaha-usaha yang sebaiknya sudah dimulai sejak dini, termasuk sejak mahasiswa bagi mereka yang berkesempatan menempuh dunia kuliah.
Direktur SDM Universitas Islam Indonesia (UII), Ike Agustina mengatakan, meniti karir merupakan siklus panjang dalam perjalanan kehidupan manusia. Sebab, usia 25 tahun merupakan fase baru dan orang-orang biasanya bekerja sampai usia 60.
"Ada rentang waktu 30 tahun, maka sebetulnya waktu itulah kita akan merancang kehidupan yang akan kita jalani," kata Ike dalam Pembukaan Pelatihan Karir yang dilaksanakan secara daring Program Diploma III Akuntansi FBE UII, akhir pekan lalu.
Tentu, lanjut Ike, ketika mengarungi rentang waktu tersebut dibutuhkan pemetaan yang matang. Pasalnya, kegagalan dalam memetakan akan sangat riskan, dan ketika salah dapat dibayangkan masa mendatang kita tidak akan bahagia menjalani karir.
Ia melihat, banyak orang yang saat menjalani kuliah belum mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk masa depan. Beberapa yang salah dengan karirnya cenderung salah dalam memilih jalan hidup, jadi pembekalan diawali merenungi kehidupan.
Ike menjelaskan, dalam mencapai karir yang ideal itu harus memandang dua sisi kesuksesan yaitu inner perspective maupun outer perspective. Untuk inner perspective merupakan pandangan personal dari seseorang terhadap kesuksesannya.
Pandangan itu dapat berupa perasaan bahagia, puas ketika melakukan pekerjaan dan merasakan kepuasan batin tersendiri. Dari perspektif kesuksesan ini terkadang memang dapat menciptakan konflik internal antara anak dengan kedua orang tua.
"Sementara, outer perspective lebih menonjolkan prestasi bukan dari kepuasan batin pekerjanya. Maka itu, banyak yang berlomba membuat status sosial lebih baik," ujar Ike.
Suara hati jadi variabel lain yang turut mempengaruhi kesuksesan dalam meniti karir. Mengikuti suara hati menjadi begitu penting dalam mengambil keputusan, sehingga dengarkan suara hati yang berbicara saat menilai setiap kehidupan.
"Ketika seseorang dihadapkan pertanyaan ingin jadi apa Anda masa depan, banyak yang belum bisa menjawab, ada yang sudah menjawab, tapi belum memiliki langkah yang pasti. Itu mengerikan, minimal harus sudah punya peta ke sana," kata Ike.