Sabtu 06 Mar 2021 18:07 WIB

Mira Lesmana Jelaskan Maksud Surat Terbuka ke Presiden

Presiden diminta memperhatikan nasib industri film yang terpengaruh pandemi.

 Produser Mira Lesmana meminta dukungan nyata dari pemerintah agar industri film bisa tetap hidup meski pandemi.
Foto: Republika/Noer Qomariah Kusumawardhani
Produser Mira Lesmana meminta dukungan nyata dari pemerintah agar industri film bisa tetap hidup meski pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemarin para pekerja film Tanah Air beramai-ramai mengunggah surat terbuka yang ditujukan kepada presiden Joko Widodo. Salah satu poin surat adalah meminta dukungan nyata dari pemerintah untuk membantu industri film agar bisa terus bergerak.

Surat terbuka ini diunggah oleh Mira Lesmana, Ernest Prakasa, Joko Anwar, Hanung Bramantyo, Mawar Eva De Jong, Syakir Daulay, Zaskia Adya Mecca, Dian Sastrowardoyo, Adipati Dolken dan lainnya. Mira Lesmana sebagai salah satu sineas yang ikut melayangkan surat ini mengatakan tujuan utama dari gerakan tersebut adalah untuk mengingatkan pemerintah bahwa industri film juga sama terpuruknya dengan industri yang lain saat pandemi Covid-19.

Baca Juga

Industri perfilman Tanah Air dinilai sama pentingnya dengan bidang lain dan kehadiran film sangat penting untuk eksistensi sebuah bangsa. Apalagi dalam kurun waktu 4 atau 5 tahun belakangan, nama Indonesia cukup berjaya di pasar internasional.

"Kalau kita tidak diberi bantuan pernapasan, kita bisa terpuruk dan apa yang sudah kita capai empat tahun ini akan sia-sia, padahal itu semua hasil kerja keras. Jadi sebenarnya kita ingin memberitahu semua bahwa ini sedang parah banget, penurunan bioskop aja itu 97 persen sejak pandemi," kata Mira saat dihubungi, Sabtu (6/3).

Pembukaan bioskop pada Oktober 2020 tidak mendatangkan perubahan yang signifikan bagi pendapatan industri film. Sebab masih banyak stigma negatif untuk datang ke bioskop, seperti protokol kesehatan yang tidak aman.

Ongkos produksi untuk menggarap sebuah film saat pandemi pun tidak murah. Sebab ada pengeluaran tambahan untuk biaya protokol kesehatan.

Tidak ada produksi film, artinya tidak akan ada film yang bisa ditayangkan di bioskop dan lama-lama bioskop bisa tutup secara permanen. "Jadi ada stigma fear factor-nya, itu kan saling berhubungan bahwa negara harus memberi kenyamanan bagi kita semua baik untuk yang bekerja dan menonton," ujar produser film "Ada Apa Dengan Cinta" itu.

Fakta ini membuat Mira dan juga insan film lainnya berpendapat bahwa industri film harus diberikan dukungan nyata dari pemerintah seperti subsidi dan stimulus untuk pemulihan ekonomi nasional. "Kita bukannya tidak mau mempertahankan ini semua, jadi butuh dukungan dari pemerintah untuk subsidi, stimulus, apakah itu dari pemulihan ekonomi nasional atau bentuk-bentuk lain seperti pengurangan pajak, apapun itu harus dibuat komperehensif termasuk menyuarakan kampanye untuk merasa aman ke bioskop dan merasa aman bekerja," kata Mira.

Selama setahun penuh, para pekerja film sudah berusaha untuk bertahan dengan dana mandiri. Akan tetapi mereka sadar, bahwa jika tidak mendapat bantuan dari pemerintah maka industri film Indonesia akan semakin terpuruk dan apa yang sudah dicapai dalam lima tahun terakhir akan sia-sia.

"Intinya itu karena kami sudah berusaha selama setahun ini sendiri dan tidak mungkin kalau tidak dibantu, berarti kami akan terpuruk beberapa bulan lagi. Dan begitu bioskop tutup nih, kita semua enggak bisa bergerak, karena pemasukan utama kami untuk menumbuhkan perfilman itu adalah dari bioskop," kata Mira.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement