REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 umumnya perlu diberikan sebanyak dua dosis agar bisa memberikan perlindungan yang optimal. Perlu ada jeda waktu untuk pemberian dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19.
Hal yang sama juga berlaku untuk pemberian vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca. Menurut studi terbaru dalam jurnal The Lancet, tiga bulan merupakan interval yang lebih efektif untuk pemberian vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca.
Dalam studi ini, tim peneliti melakukan analisis ulang terhadap temuan-temuan dalam uji klinis vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca. Akan tetapi, tim peneliti juga mendapatkan data tambahan yang dikumpulkan dalam periode waktu beberapa bulan.
Berdasarkan studi ini, jeda 12 pekan antara pemberian dosis pertama dan dosis kedua tampak lebih efektif dibandingkan jeda enam pekan. Dosis kedua yang diberikan dengan interval 12 pekan memiliki efektivitas 81 persen. Sedangkan pada interval enam pekan efektivitasnya 55 persen.
Selain itu, studi ini juga mengungkapkan bahwa pemberian dosis tunggal vaksin Oxford-AstraZeneca mencapai efektivitas 76 persen pada 3-12 pekan setelah vaksin disuntikkan.
"Program yang ditujuan untuk memvaksinasi sebagian besar populasi dengan dosis tunggal, dengan pemberian dosis kedua tiga bulan setelahnya, dapat menjadi strategi efektif dalam menurunkan penyakit (Covid-19)," jelas tim peneliti, seperti dilansir Medical News Today.
Dr Merryn Voysey dari Oxford Vaccine Group mengatakan studi ini menunjukkan adanya hubungan antara interval vaksin dengan efikasi vaskin pada orang-orang yang menerima dua dosis standar. Interval yang lebih panjang juga dinilai lebih sederhana untuk diterapkan.
Tim peneliti juga menemukan adanya bukti bahwa vaksin juga menurunkan transmisi. Bila vaksin tak memberikan dampak terhadap transimis, peneliti mengatakan jumlah hasil tes Covid-19 yang positif selama uji klinis berlangsung akan tetap sama baik di kelompok orang-orang yang menerima vaksin maupun di kelompok kontrol.
"Tetapi, kita melihat penurunan angka kasus positif yang mengindikasikan bahwa vaksin dapat menurunkan infeksi," ujar peneliti Prof Andrew Pollard.