REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, peneliti berhasil menemukan beberapa strain baru dari virus penyebab Covid-19 yaitu SARS-CoV-2. Orang-orang yang terinfeksi oleh strain baru menunjukkan adanya kecenderungan gejala yang sedikit berbeda.
Secara umum, tiga gejala utama Covid-19 yang disebabkan oleh strain SARS-CoV-2 baru sama seperti strain yang sudah ada. Ketiga gejala utama tersebut adalah demam, batuk yang persisten, serta kehilangan indera penciuman atau perasa.
Akan tetapi, hasil survei Office for National Statistics (ONS) yang diungkapkan pada 27 Januari 2021 menunjukkan bahwa ada tiga gejala yang lebih sering ditemukan pada pasien Covid-19 yang terinfeksi oleh strain baru. Ketiga gejala tersebut adalah batuk, nyeri tenggorokan, dan kelelahan.
Selain itu, orang yang terinfeksi strain SARS-CoV-2 baru juga cenderung lebih jarang untuk mengalami gejala kehilangan indera penciuman atau perasa. Tak ada perbedaan terkait gejala saluran pencernaan pada orang yang terinfeksi strain baru atau lama. ONS juga tidak menemukan adanya perbedaan terkait gejala sesak napas dan sakit kepala.
"Tak ada bukti perbedaan mengenai persentase laporan gejala saluran pencernaan," tutur ONS, seperti dilansir Independent.
Untuk meraih kesimpulan ini, ONS menghimpun data sejak 15 November 2020 hingga 16 Januari. Periode ini dipilih karena pada saat itu strain/SARS-CoV-2 baru mulai menyebar di Inggris.
ONS mengatakan strain baru ini tak hanya mendorong terjadinya perubahan pada kecenderungan gejala yang muncul. Orang-orang yang terinfeksi oleh strain baru juga lebih sering merasakan gejala dibandingkan orang-orang yang terinfeksi strain lama. Seperti diketahui, cukup banyak kasus Covid-19 akibat srain lama yang penderitanya tidak merasakan gejala atau asimtomatik.
Terlepas dari perbedaan strain, virus SARS-CoV-2 menular dengan cara yang serupa. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan yang ketat masih diperlukan untuk menekan penyebaran Covid-19.
"Dan ingat juga bahwa satu dari tiga orang yang terkena Covid-19 tidak memiliki gejala, dan itulah mengapa penting melakukan (jaga) tangan, wajah, dan jarak," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.