Selasa 19 Jan 2021 22:19 WIB

Seberapa Efektif Terapi Plasma Konvalesen?

Terapi plasma konvalesen menjadi terapi tambahan Covid-19.

Rep: Mabruroh/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas PMI DKI Jakarta menunjukkan kantong berisi plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 di Jakarta, Selasa (19/1/2021). Pemerintah mencanangkan donasi plasma konvalesen sebagai gerakan nasional untuk membantu pasien yang masih berjuang untuk sembuh dari COVID-19.
Foto:

Hal yang sama juga berlaku bagi pasien Covid-19 bergejala sedang yang dirawat inap. Plasma konvalesen tidak mencegah perburukan kondiri pasien. Bahkan, di Inggris, menurut Adam, metode terapi plasma konvalesen dihentikan.

"Penelitian plasma konvalesen skala besar (melibatkan lebih dari 10 ribu pasien) di Inggris dihentikan, karena tidak terbukti menurunkan angka kematian," kata dia.

Plasma darah, menurut Adam, tidak bisa menggantikan vaksin. Plasma darah diberikan kepada orang yang sudah terinfeksi, sedangkan vaksin ditujukan untuk orang yang sehat demi mencegah infeksi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by dr. Adam Prabata (@adamprabata)

Meski demikian, Adam menyebut, hasil penelitian Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan National Institutes of Health pada 2021 mengungkap bahwa plasma darah dengan titer antibodi yang tinggi akan bermanfaat bila diberikan pada fase awal penyakit. Terapi plasma konvalesen terbukti bermanfaat untuk mencegah munculnya Covid-19 berat bila diberikan kepada pasien usia tua dan sakit ringan.

"Pemberiannya kurang dari 72 jam setelah gejala muncul," jelasnya.

Karena itu, menurut Adam, sudah saatnya Indonesia mengevaluasi kebijakan terhadap pemberian plasma konvalesen untuk pasien Covid-19 berat dan kritis.

Pada Agustus 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengumumkan Otorisasi Penggunaan Darurat (EUA) untuk plasma pemulihan pada pasien Covid-19. Berikutnya, pada 23 September 2020, FDA mengeluarkan pembaruan tentang terapi plasma konvalesen untuk Covid-19.

Pembaruan termasuk analisis yang mendukung konsep efek respons dosis antibodi. FDA menyimpulkan, plasma penyembuhan "mungkin efektif". Sementara itu, pedoman Infectious Diseases Society of America (IDSA) merekomendasikan untuk membatasi penggunaan plasma untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam konteks uji klinis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement