REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang selebrgam bernama Naz Khanjani membagikan pengalaman pribadinya saat terserang Covid-19 di Inggris pada akhir Desember 2020. Melalui unggahan Instagram, Khanjani juga mengutarakan pendapatnya tentang kebijakan lockdown (karantina wilayah) yang menurutnya sama sekali tidak diperlukan.
Hal itu dilandaskan pengalaman influencer yang juga mantan kontestan perjodohan Bachelor Selandia Baru tersebut. Khanjani yang pindah ke Inggris pada September 2020 menyebutkan bahwa Covid-19 sama halnya seperti flu lainnya.
Khanjani mengaku sembuh dari Covid-19 tak sampai dua pekan. Perempuan 29 tahun itu mengaku bahwa ia pernah mengalami flu yang jauh lebih berat dibandingkan Covid-19. Meski begitu, menurutnya, bukan berarti dia mengeklaim bahwa Covid-19 tidak berbahaya.
“Saya mengerti ada orang di luar sana yang sangat (terpengaruh) atau kehilangan orang yang dicintai karena Covid-19. Saya tidak mengatakan itu tidak berbahaya atau tidak bermaksud tidak hormat. Yang saya katakan adalah saya merasa itu sama seperti flu lainnya dengan risiko yang sama," katanya.
View this post on Instagram
Khanjani meyakini lockdown, pembatasan perjalanan, dan karantina tidak diperlukan. Dia menganggap kebijakan tersebut sebagai sebuah kesalahan dan mendorong para pengikutnya di media sosial untuk "melakukan penelitian mereka sendiri daripada mendengarkan media ataupun kata-kata kasar di media sosial".
Beberapa warganet pun bersilang pendapat dengan unggahan sang selebgram. Saat dihubungi wartawan, Khanjani mengatakan, unggahannya itu berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Dia juga mengunggah informasi di Instagram Story untuk pengikut apabila foto yang diunggahnya di feed dihapus oleh Instagram.
Dinilai mengeneralisasi kasus Covid-19
Sementara itu, unggahannya mendapat kecaman dari ahli epidemiologi ternama, Profesor Michael Baker. Menurut Prof Baker, pernyataan Khanjani bisa menjadi misinformasi. Khanjani dinilai telah mengeneralisasi atau menyamakan semua kasus Covid-19.
Baker mengatakan, beberapa pendapat Khanjani bisa sangat berbahaya. Ahli yang juga dokter kesehatan masyarakat di University of Otago itu menyebutkan Khanjani telah menggeneralisasikan pengalamannya sendiri, terlebih dia tidak memiliki kapasitas soal kesehatan ataupun kebijakan kesehatan masyarakat.
"Dia lebih baik sebatas menjelaskan apa pengalamannya tentang penyakit itu dan tidak tiba-tiba berubah menjadi ahli epidemiologi atau analis kebijakan dengan berkata 'saya menderita penyakit ringan, oleh karena itu saya akan menantang epidemiologi penyakit tersebut demi semua orang'," kata Baker.
Menurut Baker, Khanjani harus berpegang pada fakta tentang pengalamannya sendiri, karena itu hal yang orisinal. Soal Covid-19 yang disebut memiliki tingkat risiko yang sama dengan flu, Baker juga memperlihatkan penelitian ilmiah dan data kesehatan populasi yang menunjukan sebaliknya.