Selain akibat virus, penyebab kemunculan parosmia beragam. Infeksi saluran pernapasan atas, cedera kepala, atau kelainan otak seperti tumor otak bisa picu parosmia.
Gangguannya tidak cuma hilang kemampuan membaui. Namun, menurut Anton, ada beberapa gangguan penciuman lain yang salah satunya hyposmia atau turunnya kemampuan deteksi bau. Lalu, cacosmia yang membuat orang secara terus menerus mencium bau tidak menyenangkan.
"Pada infeksi Covid-19m terdapat gangguan penciuman atau dikenal dengan dysosmia yang bisa berupa anosmia (hilangnya kemampuan mencium bau), parosmia (tercium bau menyengat), hyposmia (kehilangan sebagian atau keseluruhan indra penciuman untuk mengenali bau) atau cacosmia (terus mencium bau tak sedap)," ujar dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada tersebut.