REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi milenial nampaknya harus kian waspada dengan kesehatan. Bila dulu Diabetes mellitus (DM) tipe 2 identik sebagai "penyakit orang tua", kini tak lagi demikian. Kasus DM tipe 2 semakin banyak ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda.
Studi yang dilakukan peneliti Inggris menjadi salah satu bukti adanya peningkatan kasus DM tipe 2 di kelompok usia yang lebih muda. Studi terkini menunjukkan bahwa satu dari delapan kasus baru DM tipe 2 berasal dari kelompok usia 18-40 tahun.
Studi lain pada 2020 ini juga menunjukkan bahwa komplikasi terkait diabetes pada penyandang DM tipe 2 berusia di pertengahan 20 tahun mengalami peningkatan yang mengkhawtirkan. Mereka telah terdiagnosis dengan DM tipe 2 sejak masih remaja.
Studi dalam The Lancet turut menunjukkan bahwa perempuan berusia 18-40 tahun memiliki kasus DM tipe 2 yang lebih tinggi dibandingkan perempuan berusia 40-60 tahun. Peningkatan kasus DM tipe 2 pada kelompok usia yang lebih muda juga turut menyumbang peningkatan jumlah kasus diabetes di dunia.
Ada banyak hal yang dinilai mempengaruhi peningkatan kasus DM tipe 2 pada kelompok usia yang lebih muda ini, salah satunya adalah karena adanya upaya skrining DM tipe 2 yang lebih baik pada usia yang lebih muda. Tak hanya itu, studi juga menunjukkan ada makin banyak orang dewasa muda yang mengalami obesitas. Perlu diketahui, obesitas juga menjadi salah satu faktor risiko DM tipe 2.
Kecenderungan DM tipe 2 ditemukan pada usia yang lebih muda perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Bila penyakit ini tak terdeteksi dan terkelola dengan baik, penderitanya dapat mengalami beragam komplikasi di usia yang masih produktif.
"Menjadi buta atau menjalani amputasi di usia 21? Sangat menghancurkan hati," jelas dokter spesialis penyakit dalam Lipi Roy MD MPH, seperti dilansir Forbes, Selasa (29/12).
Mengacu pada beragam studi, Roy menyatakan ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengelola dan bahkan memperbaiki kondisi DM tipe 2, salah satunya adalah pengaturan pola makan atau diet yang lebih sehat. Misalnya, mengganti daging berlemak dengan daging tanpa lemak dan mengganti karbohidrat sederhana menjadi karbohidrat kompleks.
Selain itu, peningkatan aktivitas fisik juga dapat membantu. Tak perlu melakukan aktivitas fisik yang berat seperti maraton. Cukup luangkan waktu sekitar 20 menit selama 4-5 hari per minggu untuk berjalan kaki cepat.