Selasa 29 Dec 2020 05:29 WIB

Para Pegiat Kopi Ramu Solusi Hadapi Pandemi Covid-19

Industri kopi ikut terdampak pandemi Covid-19.

Biji kopi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Biji kopi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pegiat kopi nasional saling bertukar pikiran dalam kegiatan webinar yang diselenggarakan pada Senin (28/12). Mengusung tema “Industri Kopi Nasional Pasca Pandemi Covid-19, What Next to Be Done“, para pegiat kopi mencari solusi agar industri mereka tetap mampu berkembang di tengah pandemi corona.

Adapun narasumber dari webinar ini antara lain adalah Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Samsul Widodo, Sekretaris Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian Antarjo Dikin, Yuswohady selaku Managing Partner Inventure, Moelyono Susilo sebagai Head of Buying Station PT. Sulotco Jaya Abadi. Kemudian ada Andreas Andrianto (Coffee Roaster Specialist, Founder of ROSSO’ Micro Roastery), Mira Yudhawati (GM Boncafe Indonesia) serta Budi Kurniawan (Sutradara ‘Legacy of Java’).

Antarjo Dikin membuka diskusi dengan sebaran kawasan kopi nasional dan pentingnya traceability dari kopi yang masyarakat konsumsi tersebut. Dengan tingginya perdagangan kopi Indonesia di dunia, kopi dengan Indikasi Geografis (IG) menjadi penting terutama dalam kapasitasnya sebagai barang ekspor. 

Untuk menjaga kontinuitas kopi dengan IG, pelaku industri kopi didorong untuk tidak mengoplos kopi dengan IG tertentu dengan kopi lain hanya untuk memenuhi kuota ekspor. "Atas dasar itulah mapping dan tracibility biji kopi sangat diperlukan dan mendapat perhatian khusus," kata dia.

photo
Dialog virtual para pegiat kopi, Senin (29/12). - (Dok. Kka)

Narasumber lainnya, Samsul Widodo memulai pemaparan dengan menunjukkan tren munculnya kopi murah dengan merek-merek baru di Indonesia yang mulai mengalahkan merek-merek kopi yang telah lebih dulu terkenal. Hal ini menimbulkan booming komoditas kopi yang terfokus di sektor hilir sementara pendapatan petani di sektor hulu masih rendah. 

"Kementrian Desa berusaha membantu petani di industri hulu kopi dengan pemanfaatan dana desa. Dengan bisnis model yang tepat, petani kopi diharapkan dapat terbantu dengan dana desa yang dikonsolidasikan melalui Bumdes ata Badan usaha milik desa," kata Samsul.

Adapun Mira Yudhawati berbicara mengenai perkembangan coffee shop di Indonesia sebelum dan sesudah pandemi. Saat pandemi Covid-19 melanda, banyak coffee shop yang terdampak. Ditengah kondisi sulit ini, komunitas kopi ditantang untuk kreatif, inovatif serta tetap kuat dan solid. 

"Banyak gerakan-gerakan yang muncul untuk membantu korban terdampak pandemi Covid-19 antara lain gerakan kopi untuk sesama untuk membantu petugas medis, gerakan barista asuh untuk membantu para barista yang kehilangan pekerjaan dan program solid saat sulit untuk saling berbagi informasi mengenai peluang kerja bagi korban terdampak pandemi," kata dia.

Pembicara lainnya, Andreas Andrianto memaparkan empat hal yang dapat dilakukan kedai kopi untuk bertahan di masa pandemi ini. Pertama, menerapkan konsep online, kedua, perubahan pola perilaku konsumen menjadi berbeda dimana kedai kopi harus aktif menyesuaikan. 

Ketiga, konsep cafe yang memiliki area outdoor jelas Andreas akan bertahan dibandingkan indoor café. "Dan yang keempat adalah kolaborasi antar pelaku industri dan stakeholder," ujar dia.

Yuswohady sebagai pakar brand menyebutkan bahwa ada empat karakteristik diera pandemi yang muncul sebagai lansekap industri baru. Empat karakteristik itu adalah Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd dan Low-Mobility. Setelah pandemi yang menjadi prioritas bagi konsumen dalam memutuskan untuk pergi ke resto dan kedai kopi adalah CHSE (Cleanliness, Healthiness, Safety, Environment). 

Mengingat hal itu, kata dia, branding CHSE menjadi sangat penting bagi resto dan kedai kopi di tahun 2021 sebelum membicarakan kualitas dan pelayanan. Harga kopi juga akan semakin turun karena diperkirakan dengan menurunnya daya beli di era pandemi, konsumen menjadi semakin perhitungan.

"Kopi saset kembali diminati oleh konsumen di era pandemi karena membeli kopi secara dine-in potensi penularan virusnya cukup tinggi. Namun, diprediksi minum kopi secara dine-in akan kembali diminati karena physical experience dorongannya sangat tinggi. Walaupun begitu, kemungkinan orang yang menggemari dine-in akan cenderung mengutamakan CHSE dikarenakan kondisi," papar dia.

Webinar ini sendiri diselenggarakan oleh PT. Kapal Api Global yang dibuka oleh HC Director Djoni Halim. Head of Corporate Communication Kapal Api Global yang juga moderator acara Pangesti Bernardus mengatakan, webinar ini diselenggarakan di akhir 2020 sebagai satu pengingat, bahwa industri kopi sebagaimana industri lainnya turut terdampak oleh pandemi Covid-19.

"Namun berbagai pemangku kepentingan di industri perkopian Indonesia telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Dengan melakukan webinar ini diharapkan akan terjadi pertukaran buah pikiran yang nantinya dapat membuahkan solusi yang dapat diterapkan di segala lini, mulai dari hulu hingga ke hilir,” ujar Pangesti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement