REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Varian baru Covid-19 yang disebut N501Y diketahui sudah masuk ke negara tetangga, seperti Australia dan Singapura. Karena itu, Ketua Satgas Covid-19 IDI, Prof Zubairi Djoerban, menyerukan agar Indonesia juga waspada, namun bukan berarti panik.
Menurut pakar kesehatan yang akrab disapa Prof. Beri ini, saat kemunculan varian baru ini di Inggris pertama kali, terjadi penurunan kasus aktif, kecuali di dua daerah yang justru sebaliknya, mengalami peningkatan tinggi. Setelah diteliti, ditemukanlah varian baru ini.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Menurut Prof. Beri, ada harapan bahwa kenaikan kasus aktif tidak secepat Eropa saat varian baru ini masuk.
"Tapi kenyataannya beberapa pekan terakhir, persentase kasus baru yang positif dalam sepekan meningkat lumayan, hari ini di atas 20 persen, berarti risiko penularan meningkat,” kata Prof. Beri kepada Republika.co.id, Sabtu (26/12).
Prof. Beri menjelaskan kehadiran virus dipengaruhi banyak faktor. Indonesia tidak punya musim dingin, jadi ada harapan bahwa penyebaran varian baru tidak meningkat secepat di Inggris. Di samping itu, ranking dunia untuk Indonesia terkait jumlah pasien ada di nomor 20, kendati merupakan negara dengan penduduk keempat terbanyak.
Varian baru ini lebih banyak menyerang anak-anak. Akan tetapi, menurut Prof. Beri, kasus Covid-19 pada dewasa tetap lebih banyak di Indonesia.
Penularan varian baru tetap sama seperti sebelumnya, hanya tingkat penularan yang jauh lebih mudah dan cepat. Covid-19 sebelumnya menular dari droplet lewat satu orang ke satu orang lainnya, sementara varian baru ini lebih mudah menular ke lebih banyak orang.
"Kendati virusnya lebih mudah menular, namun tidak berarti infeksinya membuat orang lebih cepat meninggal," ungkap Prof. Beri.
Saya mau bicara soal varian baru virus korona, yang sebenarnya sudah ada dari 20 September silam, tapi baru disadari beberapa hari lalu. Varian baru ini bernama N501Y dan punya kemampuan infeksi yang lebih tinggi. Lebih mudah menular 70 persen. Terutama kepada anak-anak.
— Prof. Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) December 25, 2020
Prof. Beri menyarankan penambahkan layanan kesehatan maupun tetap menerapkan protokol kesehatan ketat bagi masyarakat. Terlebih, klaster liburan Natal dan Tahun Baru di depan mata.
Prof. Beri menyerukan masyarakat untuk tetap berada di rumah, terkecuali urusan mendesak. Protokol kesehatan yang perlu diterapkan masih sama, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
Terkait liburan, Prof. Beri menyarankan untuk lebih hati-hati memilih destinasi. Hindari datang ke daerah dengan zona merah.
Hindari pula berkunjung ke tempat tertutup, seperti untuk keperluan melayat, pernikahan, kantor, pabrik, atau asrama. Diperlukan sirkulasi yang baik, seperti membuka jendela dan pintu untuk ruangan tertutup.
"Kalau pulang kampung kan niatnya senang-senang, bukan ditulari dan menulari, jangan bikin musibah di tempat yang didatangi atau jangan sampai datang ke tempat rentan,” jelasnya.