REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Paranormal Activity memegang rekor sebagai film horor paling menguntungkan yang pernah dibuat. Penasaran bagaimana bisa film tersebut mencapai prestasi itu?
Film horor kerap memiliki keuntungan besar dalam hal laba atas investasi. Penonton akan selalu tertarik untuk melihat film bergenre ini. Film horor lebih memudahkan pembuat film untuk menciptakan rasa takut walau dengan media yang terbatas. Kegelapan dan ketegangan adalah dua elemen kunci film horor serta paling murah dibanding genre lain.
Film The Blair Witch Project memecahkan rumus dalam memanfaatkan kesederhanaan film horor. Film yang dibuat pada 1999 ini diproduksi dengan anggaran rendah dan mempertaruhkan semua kepingnya baik dalam hal pemasaran dan cerita.
Pembuat film The Blair Witch Project memadukan fiksi dan realitas untuk membuat film yang agak sederhana. Sudah cukup lama, banyak film horor beranggaran rendah lainnya yang mencoba meniru teknik ini. Namun, sangat sedikit yang mendekati kesuksesan The Blair Witch Project.
Berselang beberapa lama, sutradara, Oren Peli, mampu mencapainya dengan Paranormal Activity, sebuah hit mengejutkan yang mengumpulkan pendapatan 193 juta dolar AS (Rp 2,7 triliun). Padahal anggaran produksi film hanya 15 ribu dolar AS (Rp 211 juta).
Dilansir di laman Screen Rant, Ahad (29/11), alasan utama mengapa film Paranormal Activity berhasil yaitu karena menyempurnakan formula The Blair Witch Project. Kamera menjadi elemen penting dalam cerita, karakter sengaja ditampilkan sebagai non-aktor. Yang terpenting, dasar esensi film itu tentang bagaimana entitas jahat tidak ada di sana. Sutradara Oren Peli menulis film tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Pemanfaatannya entah itu mengurangi anggaran maupun membuat ceritanya lebih mudah dihubungkan. Ternyata, penonton cenderung lebih akrab dengan latar rumah dibandingkan hutan terkutuk.
Di luar konsep cerdas Paranormal Activity, seseorang dapat menemukan banyak trik untuk memotong biaya dan meningkatkan horor dalam produksi film. Peli merekam aktivitas gaib di rumahnya sendiri, hanya membutuhkan sedikit penyesuaian di sana-sini untuk membuat pengaturannya terlihat lebih menakutkan saat cerita berlanjut.
Begitu pula Peli mendesain estetika film agar sesuai dengan peralatan yang dimilikinya. Semua pengambilan gambar dalam film adalah genggam atau statis, dibenarkan dalam cerita dengan karakter yang menggunakan kamera itu sendiri.
Peli juga menjaga segala sesuatunya tetap sederhana untuk momen-momen paling intens. Misalnya, untuk klimaks yang sekarang terkenal di mana Katie diseret ke luar kamar tidurnya. Aktris Katie Feathers ditarik kakinya dengan tali tersembunyi, yang dengan mudah ditutupi dalam produksi.
Peli bahkan tidak perlu keluar dari rumahnya. Itu semua membuktikan betapa premis yang baik dan eksekusi yang cermat lebih penting, daripada anggaran awal produksi yang didukung studio. Film terbaru seperti Lights Out karya David S Sandberg juga menegaskan kembali, bagaimana film indi dapat dengan mudah menjadi blockbuster.