REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehilangan gigi mungkin merupakan efek samping dari infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Orang-orang telah melaporkan bahwa kondisi ini secara tak terduga bisa terjadi setelah menderita penyakit ini sebelumnya.
Masalah gigi dapat menjadi salah satu yang menjadi efek samping dari Covid-19 dalam jangka panjang. Kelelahan, rambut rontok, dan nyeri otot juga menjadi di antara dampak yang telah dilaporkan setelah seseorang sembuh dari infeksi virus corona jenis baru.
Dilansir The Sun, sejumlah dokter gigi mengatakan, virus dapat mengiritasi gusi melalui peradangan atau merusak pembuluh darah di gusi. Meski demikian, belum ada bukti cukup untuk mengetahui dengan pasti apakah kehilangan gigi juga terjadi secara kebetulan.
Ada beberapa cerita tentang kehilangan gigi dari apa yang disebut sebagai long haulers. Seperti seorang perempuan bernama Farah Khemili dari New York, Amerika Serikat (AS) yang kehilangan satu gigi setelah menyadari giginya goyah.
Khemilii terkena Covid-19 pada awal tahun ini, hingga kemudian sembuh dan menyadari bahwa giginya goyah, seperti halnya gigi susu di masa kecil. Perempuan berusia 43 tahun ini mengatakan, salah satu giginya tanggal tanpa pendarahan maupun rasa sakit.
Meski demikian, Khemiliki memang memiliki riwayat sakit gigi. Dokter gigi tempatnya berkonsultasi juga mengatakan bahwa ada kemungkinan terjadi pengeroposan tulang di mulut karena efek merokok.
Sementara itu, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun kehilangan satu gigi permanennya secara tiba-tiba pada bulan ini. Sang ibu, Diana Berrent, mengatakan bahwa putranya terkena Covid-19 sembilan bulan lalu dan memiliki gigi yang sehat serta tidak ada penyakit apapun terkait mulut.
Gigi yang tanggal atau copot tanpa diikuti darah mengalir adalah hal yang tidak biasa. William Li, presiden dan direktur medis dari Angiogenesis Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang mempelajari kesehatan dan penyakit pembuluh darah mengatakan, timnya sedang menyelidiki beberapa masalah membingungkan yang dialami pasien Covid-19 berbulan-bulan setelah sempat mengalami penyakit ini.
Li mengatakan, ada kemungkinan virus merusak pembuluh darah yang menjaga gigi tetap kuat. Itulah mengapa tidak ada rasa sakit saat tanggal.
Covid-19 saat ini dikenal sebagai penyakit yang berdampak pada pembuluh darah dan pernapasan. Infeksi virus corona jenis baru dapat membatasi dan merusak pembuluh darah sekaligus membuat darah dalam kondisi lebih ‘lengket’.
Hal itulah yang dapat menyebabkan serangan jantung dan strok fatal pada jutaan pasien Covid-19. Sementara itu, Michael Scherer, seorang prostodontis di Sonora, California mengatakan, bisa jadi peradangan yang disebabkan oleh virus corona jenis baru mengiritasi gusi.
Orang dengan kondisi kesehatan inflamasi lainnya, seperti penyakit jantung dan diabetes, diketahui memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit gusi. Menurut Scherer, gusi sangat sensitif terhadap reaksi hiper-inflamasi, dan long hauler termasuk dalam kategori itu.
Hal ini dapat memperburuk penyakit gusi yang sudah ada sebelumnya, dan karena itu secara tidak langsung menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit gusi sangat umum, di mana kondisi ini tercatat oleh NHS telah memengaruhi kebanyakan orang dewasa'di Inggris sampai tingkat tertentu.
Tetapi kehilangan gigi juga mungkin disebabkan dari sulitnya orang-oran berkunjung ke dokter gigi tahun ini karena pandemi. British Dental Association (BDA) memperkirakan 19 juta janji konsultasi telah ditunda.
Damien Walmsley, seorang profesor dan penasihat ilmiah mengatakan, Covid-19 bisa berdampak melemahkan, terlebih orang-orang yang terkena mungkin hanya fokus dengan gejala-gejala umum penyakit. Mereka disebut mungkin tidak memerhatikan kebersihan mulut, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kerusakan gigi dan penyakit gusi.
“Membersihkan gigi, dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, sebelum tidur dan pada satu kesempatan lainnya, misal setelah makan siang menjadi lebih penting dari sebelumnya,” jelas Walmsley.