REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari ini, komunitas CentennialZ.id melaksanakan kegiatan Centennial Ideas di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merespon permasalahan yang terjadi di Indonesia terhadap generasi Z atau centennials.
Generasi Z atau Centennials sendiri adalah generasi yang lahir diantara tahun 1995 hingga 2010, lebih spesifiknya adalah mereka yang lahir, tumbuh dan berkembang bersama dengan internet dan pertumbuhan digital yang pesat. Generasi ini juga disebut sebagai generasi digital native. Hal ini sangat berhubungan dengan konteks masalah yang dihadapi generasi Z selama pandemi di tengah besarnya ruang digital pula.
Kegiatan Centennial Ideas dimulai dengan sesi monolog yang dihadiri oleh 10 orang generasi Z dari berbagai macam lintas sektor dan aktivisme. Mulai dari bidang lingkungan, kesehatan mental, kesetaraan gender hingga pendidikan. Sesi monolog ini dibuka oleh Alvinaldy Firtah (Ketua FOS DKI Jakarta), Dedy Uswanas (Owner Up All Might Café), Salsabila Khairunisa (Founder Jaga Rimba), Manik Marganamahendra (Ketua BEM UI 2019 dan Co-Founder Centennialz.id), Rhaka Ghanisatria (Founder Menjadi Manusia), Andira Utami (Founder Pintar Sehat Peduli), Dinno Ardiansyah (Presiden Mahasiswa Trisakti 2019 dan Co-Founder Centennialz.id), Najmi Mumtaza (Wasekjen PP IPNU), Trivet Sembel (Founder dan CEO Proud Media Group), dan Sultan Rivandi (Ketua DEMA UIN Jakarta 2019 dan CoFounder 2019).
Perwakilan Generasi Z ini menyampaikan keresahan serta gagasan mereka untuk kawankawan generasinya agar mampu mengalahkan tekanan zaman dan bertahan dalam era digital ini. “Generasi Z harus mulai mengintegrasikan gerakan-gerakannya sehingga dampak yang diciptakan akan semakin massif” kata Dinno Ardiansyah selaku salah satu co-founder centennialz.id saat memberikan monolognya.
Ia berpendapat Gerakan generasi Z saat ini harus saling terhubung satu sama lain agar dampaknya bias lebih dirasakan banyak orang. Di sisi lain, Sultan Rivandi menyoroti permasalahan pandemi yang menghantam generasi Z. “Generasi Z adalah generasi yang paling terhantam dampak akibat pandemi, tentu kita tidak bias sendiri dan harus saling menguatkan,” katanya.
Pasalnya, hal ini jugalah yang akhirnya membantuk karakter dari generasi Z itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, di akhir acara Manik Margana Mahendra menutup kegiatan dengan menyampaikan piagam harapan generasi Z yang disarikan dari ratusan masukan generasi Z saat acara Centennial Ideas dilaksanakan. “Setiap tahunnya kita selalu menaruh harap pada generasi baru sambal menunggu senja kala generasi sebelumnya. Meski akan berat, harapan itu harus tetap hidup, karenanya saya dan kami generasi Z hari ini mengingatkan kehadiran kami di Indonesia hingga dunia, karena sekarang #WaktunyaGenZ," katanya.
Kegiatan ini semakin diramaikan dengan adanya dialog interaktif bersama dengan tokoh-tokoh generasi lainnya. Diantaranya, Puteri Komarudin (Anggota DPR RI), Haris Azhar (Founder Lokataru), Asfinawati (Ketua YLBHI), Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), Pradana Indraputra (Staf Khusus BKPM), Atras Mafazi (Ketua Umum Islamic Youth Economic Forum), Arief Rosyid Hasan (Aktivis Milenial dan Direktur Eksekutif Merial Institute), Usamah Abdul Aziz (Ketua Jakarta Maju Bersama).