Rabu 25 Nov 2020 22:29 WIB

Dokter RSUI: Gunakan Antibiotik dengan Bijak

Dokter juga menjelaskan alasan antibiotik perlu dihabiskan.

Ilustrasi obat. Dokter konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesi (RSUI) dr. Adityo Susilo mengajak masyarakat untuk menggunakan penggunaan antibiotik dengan bijak.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Ilustrasi obat. Dokter konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesi (RSUI) dr. Adityo Susilo mengajak masyarakat untuk menggunakan penggunaan antibiotik dengan bijak.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dokter konsultan penyakit tropik dan infeksi Rumah Sakit Universitas Indonesi (RSUI) dr. Adityo Susilo mengajak masyarakat untuk menggunakan penggunaan antibiotik dengan bijak. Sebab, penggunaan yang salah dan tidak sesuai indikasi dapat menyebabkan terjadinya resistensi.

"Antibiotik berfungsi untuk membunuh kuman serta bekerja secara spesifik dan bukan merupakan obat demam. Jika penggunaan antibiotik tidak sesuai indikasi dapat menyebabkan munculnya kuman yang kebal terhadap antibiotik," katanya dalam acara RSUI yang menyelenggarakan seminar awam bicara sehat ke-32 dengan tajuk utama "Mari Gunakan Antibiotik Dengan Bijak” di Depok, Jabar, Rabu (25/11).

Baca Juga

Menurut dia, mekanisme kerja antibiotik adalah dengan menghancurkan dinding sel. Karena itu, antibiotik diperuntukkan untuk membunuh bakteri bukan virus. 

"Pada penyakit akibat virus, secara logika tidak membutuhkan antibiotik," katanya.

Ia mengatakan beberapa dokter menggunakan antivirus dalam mengobati penyakit akibat virus. Namun, tidak semua virus membutuhkan antivirus. 

Sebab, beberapa virus ada yang bersifat self-limiting yang berarti penyakit tersebut dapat sembuh sendiri tanpa obat dengan adanya sistem imun tubuh yang kuat.

Terdapat alasan antibiotik perlu dihabiskan. Hal ini karena membutuhkan beberapa waktu tertentu untuk memastikan bakteri benar-benar telah mati.

Biasanya, waktu tunggunya sekitar 5-7 hari atau dapat juga mengikuti petunjuk dokter karena beberapa antibiotik dapat berbeda. "Jika tidak dihabiskan karena merasa kondisi tubuh sudah baik, khawatir bakteri tersebut belum benar-benar mati dan dapat menyebabkan infeksi kembali," kata.

Adityo Susilo menyampaikan infeksi merupakan suatu kondisi masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Infeksi dapat menyebabkan demam, namun demam bukanlah pasti selalu karena infeksi.

"Saat demam, umumnya kita mengalami rasa tidak nyaman karena metabolisme tubuh sedang berjalan tidak normal. Demam adalah tanda adanya peradangan atau terjadinya perubahan pada pengaturan termoregulasi," katanya.

Dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUI dr. Ardiana Kusumaningrum, Sp.MK mengatakan antibiotik hanya dapat diresepkan jika terdapat kecurigaan penyakit infeksi bakteri yang telah dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesis, atau pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan penunjang) sebelumnya. Beberapa contoh penggunaan antibiotik yang salah diantaranya menyimpan antibiotik untuk sakit yang akan datang, menghentikan obat ketika merasa lebih baik (tidak menuntaskan), berbagi obat atau menggunakan obat orang lain, tidak tepat jenis, dosis, cara pakai dan lama terapi.

"Kesalahan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan beberapa permasalahan, seperti kurang efektifnya antibiotik saat digunakan, dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik, dan bakteri tersebut dapat menyebar ke orang lain dan lingkungan sekitar” katanya.

Terdapat beberapa konsekuensi dari resistensi antibiotik, yaitu sakit yang lebih berat dan lebih lama, toksisitas meningkat, kematian meningkat, dan biaya yang lebih mahal. "Beberapa tips mencegah terjadinya resistensi, yaitu gunakan antibiotik hanya pada kondisi infeksi bakteri yang sebelumnya telah dikonsultasikan ke dokter, gunakan sesuai resep, jangan memaksa meminta antibiotik, serta rajin mencuci tangan," kata Ardiana Kusumaningrum, yang akrab disapa dr. Arum.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement