REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Poster film Borat 2 telah memicu kemarahan umat Islam di Prancis. Poster yang menampilkan aktor asal Inggris, Sacha Baron Cohen, sedang nyaris telanjang bulat itu dikecam lantaran ia tampak mengenakan cincin berlafaz “Allah” yang tertulis dalam bahasa Arab.
Poster bertuliskan itu terpampang di bus-bus Paris, di tengah protes umat Islam atas sikap Presiden Emmanuel Macron yang membela penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW. Poster film itu juga dikecam di media sosial lantaran dianggap provokatif dan tidak pantas.
Laman en24news pada Selasa (3/11) mengabarkan, sopir bus di wilayah tersebut, yang sebagian besar Muslim, telah mengecam promosi film Borat 2. Mereka menyerukan agar poster diturunkan dari bus.
"Kami akan merobek posternya,” kata seorang pengemudi dalam video pendek yang viral di Twitter.
Jejaring bus RATP menolak untuk menanggalkan poster Borat 2 itu. Namun, perusahaan bus lain seperti TICE yang layanannya beroperasi di Every, wilayah mayoritas Muslim, memutuskan untuk menurunkan poster.
Juru bicara perusahaan tersebut bersikeras bahwa mereka tidak tunduk pada tekanan publik. Seperti dilansir The Sun pada Kamis (5/11), Manajemen TICE mengatakan bahwa poster itu dicopot karena memang dinilai tidak pantas.
Film Borat 2 tersedia di Amazon Prime Video pada 23 Oktober. Dalam sekuel ini, Cohen masih berperan sebagai Borat, wartawan asal Kazakhstan yang dalam dalam film pertama diceritakan melakukan lawatan ke AS untuk membuat dokumenter mengenai negara itu.
Dalam perjalanan kali ini, Borat ditemani oleh putrinya. Film Borat 2 sebenarnya tidak terlalu asing dengan kritik. Asosiasi Amerika Kazakhstan mengecam film itu karena “rasis, perampasan budaya, dan xenophobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang di negara lain)”.
Pada September lalu, majalah mingguan satire Prancis Charlie Hebdo kembali mencetak kartun Nabi Muhammad SAW untuk edisi terbarunya. Edisi itu menampilkan 12 kartun yang mengejek Nabi Muhammad SAW.
Situasi di Perancis hingga kini masih belum kondusif sebagai buntut dari penerbitan kartun itu. Pada 25 September, dua orang mengalami penusukan di bekas kantor Charlie Hebdo yang menyebabkan korban terluka parah.
Lalu pada Oktober, dua serangan terjadi di gereja Nice dan Paris. Wali Kota Nice Christian Estrosi mengatakan, penyerang terus meneriakkan "Allahu Akbar" bahkan setelah dia ditembak. Estrosi mengatakan, serangan itu sebagai tindakan terorisme.