Sabtu 31 Oct 2020 19:37 WIB

Rudy's, Toko Daging Vegan Besok Buka di Inggris

Rudy's menjadi toko daging vegan permanen pertama di Inggris.

Beragam jenis sosis (Ilustrasi). Toko daging vegan di Inggris, Rudys, menjual produk-produk tradisional dalam versi tanpa daging, termasuk baycon (menyerupai potongan-potongan tipis daging), soysage (sosis tanpa daging), dan turky (menyerupai daging kalkun).
Foto: Flickr
Beragam jenis sosis (Ilustrasi). Toko daging vegan di Inggris, Rudys, menjual produk-produk tradisional dalam versi tanpa daging, termasuk baycon (menyerupai potongan-potongan tipis daging), soysage (sosis tanpa daging), dan turky (menyerupai daging kalkun).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Di sebuah sudut bagian utara kota London, toko daging baru yang berkilau tengah bersiap untuk membuka pintunya. Satu-satunya yang tidak ada di sana adalah daging.

Bertepatan dengan Hari Vegan Dunia yang jatuh pada Ahad, toko daging vegan permanen pertama di Inggris, Rudy's, akan dibuka. Rudy's siap menjual produk-produk tradisional dalam versi tanpa daging, termasuk baycon (menyerupai potongan-potongan tipis daging), soysage (sosis tanpa daging), dan turk'y (menyerupai daging kalkun).

Baca Juga

"Orang-orang memahami apa itu yang kita jual," ujar salah satu pendiri Rudy's, Matthew Foster pada Reuters.

Foster menjelaskan, semua produknya dirancang untuk meniru daging. Rasanya seperti daging, teksturnya menyerupai daging.

Firma hukum EMW melaporkan terdapat lonjakan sebesar 128 persen atas merek dagang baru yang terdaftar untuk makanan vegan alias makanan yang tidak mengandung produk hewani di Inggris dalam satu tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan besar dan kecil terpantau mendaftarkan cap dagang untuk es krim dan kue-kue vegan.

Tim di balik toko baru tersebut mulai pada tahun 2017 dengan restoran vegan dan kini berencana untuk menjual berbagai produk, termasuk bahan-bahan masakan lengkap untuk dibuat di rumah. Produk-produk substitusi, yang ditempatkan di toko yang terang benderang dengan dinding putih dan sketsa binatang di dinding, terbuat dari kedelai dan bahan pengganti daging (seitan).

Lonjakan permintaan produk makanan alternatif baru-baru ini memicu perdebatan tentang apakah restoran dan toko harus diizinkan memberi label produk sebagai "burger vegetarian" atau "sosis vegan" atau apakah hal itu dapat membingungkan konsumen. Anggota parlemen di Uni Eropa pada awal Oktober memutuskan bahwa melarang istilah-istilah seperti itu, seperti yang dianjurkan oleh petani, akan membuat konsumen enggan beralih ke pola makan berbasis nabati.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement