Kamis 08 Oct 2020 06:41 WIB

Kenali Gejala Kanker Tenggorokan, Penyakit Eddie Van Halen

Kanker tenggorokan mencakup pada beberapa jenis kanker yang terjadi di kepala-leher.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Eddie Van Halen tampil di Wantagh, New York, AS pada 13 Agustus 2015. Van Halen meninggal pada 6 Oktober 2020 setelah berjuang melawan kanker.
Foto: AP
Eddie Van Halen tampil di Wantagh, New York, AS pada 13 Agustus 2015. Van Halen meninggal pada 6 Oktober 2020 setelah berjuang melawan kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya pandemi telah membuat orang harus menunda untuk memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit. Hal ini pun dikhawatirkan oleh dokter, sebab penundaan pemeriksaan di tengah pandemi dapat mengakibatkan lonjakan angka kematian karena penyakit yang bukan Covid-19, terurtama kanker.

Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah kanker tenggorokan. Kanker tenggorokan mencakup pada beberapa jenis kanker yang terjadi di lokasi berbeda di kepala dan leher, seperti yang dialami gitaris legendaris Eddie Van Halen.

Baca Juga

Dikutip dari Fox News, Kamis (8/10), menurut para dokter di Anderson Cancer Center, lebih dari 30 ribu orang di AS menerima diagnosis kanker tenggorokan pada 2018. Kanker tenggorokan meliputi dua kanker, yaitu kanker laring dan kanker hipofaring.

Baik kanker laring dan hipofaring dimulai di bagian bawah tenggorokan. Menurut American Cancer Society, pasien yang didiagnosis dengan kanker laring memiliki arti bahwa penyakit tersebut memengaruhi area kotak suara.

Termasuk di antaranya supraglotis yang terletak di atas pita suara. Demikian juga dengan glotis yang berisi pita suara serta subglotis yang berada di bawah pita suara.

Diagnosis kanker hipofaring berarti penyakit ini terdeteksi di daerah yang terletak di samping laring dan dianggap sebagai pintu masuk ke esofagus. Hampir semua kanker yang terletak di laring atau hipofaring berkembang dari sel yang disebut sel skuamosa.

Gejala penyakit dapat muncul adalah suara serak atau perubahan suara, kesulitan menelan, perasaan ada sesuatu di tenggorokan, sakit tenggorokan yang terus-menerus. Selain itu, menurut para dokter di Pusat Kanker Anderson Cancer, sakit telinga, benjolan di leher, batuk, masalah pernapasan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, juga menjadi gejala dari kanker tenggorokan.

 

Orang dengan riwayat merokok atau terpapar tembakau berisiko lebih tinggi terkena kanker kepala dan leher. Hal tersebut juga ditemukan pada mereka yang mengonsumsi alkohol sedang hingga berat.

Sementara itu, orang yang mengonsumsi baik tembakau maupun alkohol berada pada risiko tertinggi. Gizi yang buruk juga merupakan faktor risiko, seperti pada diagnosis HPV.

Selain itu, sindrom genetik juga dapat meningkatkan risiko kanker tenggorokan. Faktor lainnya adalah paparan di tempat kerja terhadap debu kayu, asap cat, dan bahan kimia tertentu.

Jenis kelamin juga tampaknya berperan. Kanker laring dan hipofaring hampir empat kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

Hal itu dimungkinkan disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tak sehat, seperti merokok dan minum alkohol. Menurut American Cancer Society, lebih dari setengah pasien dengan kanker ini berusia 65 tahun ke atas pada saat didiagnosis.

Perawatan untuk kanker ini biasanya tergantung pada tahap di mana kanker ditemukan dan lokasi di mana mereka muncul. Pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi bertarget, dan imunoterapi adalah semua pilihan untuk populasi pasien ini dan harus didiskusikan dengan spesialis.

Eddie Van Halen menjalani perawatan karena kanker lidah pada 2000. Pada 2002, dia menjalani operasi yang membuat sepertiga lidahnya diangkat.

Kanker lidah kemudian menyebar ke tenggorokannya. Gaya hidup Eddie yang akrab dengan rokok, narkoba, dan alkohol menjadi faktor risiko terjadinya kanker. Akan tetapi, Eddie yang masuk pusat rehabilitasi pada 2007 dan dinyatakan sembuh dari ketergantungan setahun setelahnya, lebih yakin penyakitnya itu tercetus oleh kebiasaannya meletakkan pick gitar elektrik dari logam di mulutnya.

Eddie diketahui menjalani kemoterapi untuk mengatasi kankernya. Selain itu, ia juga terapi radiasi di Jerman pada tahun lalu.

Pada November 2019, Eddie sempat masuk rumah sakit setelah mengalami sakit perut dan masalah usus. Gangguan itu muncul sebagai efek samping dari obat-obatan untuk mengatasi kanker tenggorokan yang dideritanya.

Ketika Eddie dirawat di St. John's Hospital, Santa Monica, Amerika Serikat pada pekan ini, sumber TMZ menyebut bahwa dokter menemukan sel kanker telah menyebar ke otak dan organ lainnya. Eddie meninggal dalam usia 65 tahun, Selasa (6/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement