Selasa 06 Oct 2020 07:10 WIB

Kiat Mengerem Hasrat Belanja Impulsif di Masa Pandemi

Kalap belanja daring semasa pandemi bisa mengacaukan keuangan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Belanja online (ilustrasi). Memiliki tujuan keuangan yang jelas dapat menjadi rem untuk menekan dorongan berbelanja impulsif.
Foto: republika
Belanja online (ilustrasi). Memiliki tujuan keuangan yang jelas dapat menjadi rem untuk menekan dorongan berbelanja impulsif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan berbagai e-commerce dan opsi pembayaran digital sangat mempermudah banyak orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di masa pandemi Covid-19. Namun, bagi sebagian orang, kemudahan ini juga menggoda mereka untuk bersikap impulsif dalam berbelanja.

Berbelanja secara impulsif di masa pandemi tentu bukan hal yang bijak dilakukan. Pola berbelanja yang impulsif juga dapat membuat kondisi keuangan menjadi tidak sehat.

Baca Juga

Perencana Keuangan Kikau Talk Kaukabus Syarqiyah mengatakan, sebagian orang mungkin berbelanja secara impulsif untuk membeli beragam kuliner. Ada pula yang memborong peralatan terkait hobi mereka.

Untuk mengendalikan sifat impulsif dalam berbelanja ini, salah satu yang dianjurkan oleh Kaukabus adalah memiliki bujet khusus. Bujet khusus ini bisa digunakan untuk "bersenang-senang" sesuai minat.

"Kalau ada satu atau dua hal yang menjadi hobi, punya bujet sendiri untuk kesenangan ini, hobi ini," ujar Kaukabus dalam webinar edukasi konsumen bersama Lazada dan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA).

Kedua, menurut Kaukabus, kecenderungan belanja secara impulsif menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kontrol diri yang kurang baik. Dalam hal keuangan, kontrol diri ini bisa diperkuat dengan cara mengetahui apa tujuan keuangan yang ingin dicapai.

Tujuan keuangan ini bisa berupa apa saja. Misalnya, ingin memiliki rumah dalam 10 tahun ke depan, memiliki kendaraan dalam lima tahun ke depan, atau memiliki bisnis yang besar dalam satu tahun ke depan.

"Hal-hal seperti itu, tujuan-tujuan yang berkaitan dengan uang," ungkap Kaukabus.

Untuk mencapai tujuan keuangan ini, orang perlu memiliki penganggaran keuangan bulanan yang terencana. Dalam penganggaran keuangan bulanan ini, orang akan dituntut untuk bisa mengatur pendapatan bulanan yang dimiliki ke pos-pos pengeluaran dengan lebih cermat.

Sebagai contoh, dengan gaji yang saat ini dimiliki berapa besar uang yang dianggarkan untuk diputar kembali. Seberapa besar uang yang dianggarkan untuk kebutuhan pribadi, kebutuhan rumah tangga, dan lainnya.

"Perencanaan keuangan bulanan akan berpengaruh ke kebiasaan harian keuangan kita," jelas Kaukabus.

Memiliki tujuan keuangan yang jelas dapat menjadi "rem" untuk menekan dorongan berbelanja impulsif. Alasannya, tujuan keuangan ini akan selalu menjadi dasar bagi seseorang untuk menentukan keputusan harian mereka dalam membelanjakan uang.

"Oh, kalau saya belanja ini kebanyakan, saya tidak akan mampu mewujudkan tujuan keuangan saya," kata Kaukabus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement