REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mencatat bahwa kasus flu musiman dunia mencapai rekor terendah saat ini. Anjuran protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 dinilai turut membantu menekan kasus flu musiman.
Data dari Australia, Chile, dan Afrika Selatan menunjukkan kemunculan kasus flu musiman yang kecil pada periode April-Juli. Padahal, April-Juli merupakan periode di mana flu musiman biasa mencuat di belahan bumi selatan.
Dari ketiga wilayah ini, hanya ditemukan 51 kasus flu musiman dari total 83.307 tes. Data ini menunjukkan tingkat positif pengetesan kasus flu musiman hanya 0,06 persen. Tahun lalu di periode yang sama, tingkat positif untuk flu musiman di ketiga wilayah tersebut hampir mencapai 14 persen.
Di Amerika Serikat, sirkulasi virus flu juga menurun drastis dalam dua pekan setelah pemerintah mendeklarasikan darurat nasional pada 1 Maret lalu. Tingkat positif dari tes flu pada periode September 2019 sampai Februari 2020 tercatat 19 persen. Per 1 Maret hingga 16 Mei tingkat positif ini mengalami penurunan jadi 0,3 persen.
CDC menilai, penutupan sekolah, larangan berkumpul, dan imbauan berdiam diri di rumah tak hanya membantu menekan penyebaran Covid-19. Anjuran jaga jarak fisik ini juga ikut membantu menghentikan penyebaran flu musiman.
"Penurunan sirkulasi virus influenza dunia tampak nyata dan terjadi bersamaan dengan pandemi Covid-19 dan tindakan-tindakan mitigasi komunitas terkait (pandemi)," jawab peneliti CDC, seperti dilansir NBC News.
Terlepas dari adanya penurunan, ahli tetap menganjurkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin influenza demi menekan risiko serendah mungkin. CDC mengungkapkan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin influenza adalah September hingga akhir Oktober.
Saat ini, CDC belum dapat memprediksi tingkat keparahan flu musiman di Amerika Serikat. Akan tetapi, masyarakat diharapkan tetap patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak fisik untuk menekan penyebaran Covid-19 sekaligus flu.