REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Fakhrur Razi mengatakan orang yang terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) tetapi tidak menunjukkan gejala/asimtomatis (OTG) berpotensi mengalami happy hypoxia. "Pasien asimtomatis yang mengalami happy hypoxia kadar oksigennya menurun secara pelan-pelan," kata dia saat mengisi webinar Berbagi Kisah Penyintas Covid-19 Alumni ITB @Depok, Sabtu (5/9).
Ia menerangkan kadar saturasi oksigen normal dalam darah adalah 95 persen atau toleransi minimal 93 persen. Namun, pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia hanya memiliki kadar saturasi dibawah itu.
Ia menyebutkan seringkali pasien Covid-19 asimtomatis dengan kadar oksigen 70 persen. Pasien yang tidak tahu kondisi di tubuhnya ini tiba-tiba mengalami sesak napas dan tidak tertolong.
Ia pun mengibaratkan, pasien yang mengalami happy hypoxia seperti katak yang langsung melompat ke air mendidih maka pasti langsung kaget dan keluar menyelamatkan diri. Ini berbeda kalau direbus pelan-pelan maka si kodok tidak terasa dan tidak melompat.
"Ini tentu tidak kita inginkan. Sayangnya kejadian ini sering tidak terlaporkan," katanya.
Selain itu, ia meminta masyarakat bersikap waspada pada OTG karena pasien asimtomatis bisa menularkan virus ke orang lain. Fakhrur Razi mengakui seringkali masyarakat di Tanah Air menganggap pasien asimtomatis tidak menularkan virus, padahal tidak demikian.
"Teman-teman Biologi Molekuler dan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan pasien asimtomatis menularkan Covid-19," ujarnya.
Karena itu, ia meminta pasien yang tanpa gejala ataupun yang ringan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Kalau memang tidak merasakan gejala, dia melanjutkan, isolasi mandiri bisa dilakukan selama minimal 10 hari. Sedangkan kalau mengalami gejala ringan, ia menyarankan bisa ditambah tiga hari.