Jumat 04 Sep 2020 11:16 WIB

Pencucian Jeans Berkontribusi pada Polusi Air

Polisi air berasal dari serat mikro yang terdapat pada jeans.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pakaian berbahan denim atau jins. Serat mikro denim ditemukan pada kedalaman air lebih dari 1.500 meter.
Foto: pixabay
Pakaian berbahan denim atau jins. Serat mikro denim ditemukan pada kedalaman air lebih dari 1.500 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jeans merupakan fashion item yang sangat populer di berbagai belahan dunia. Terlepas dari popularitasnya yang besar, jeans ternyata berpotensi dapat menyebabkan polusi air.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari University of Toronto. Tim peneliti mengatakan, jeans mungkin berkontribusi terhadap polusi air yang terjadi di Kanada.

Baca Juga

Polusi air ini berasal dari serat mikro yang terdapat pada jeans. Serat-serat mikro dari denim biru juga ditemukan di lingkungan akuatik di berbagai wilayah Kanada yang mengalami polusi air.

Beberapa studi terdahulu juga menunjukkan bahwa serat mikro plastik dari kain sintetis mencemari berbagai sungai dan samudera di dunia. Studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Toronto ini mengindikasikan bahwa kain "alami" atau nonsintetis juga dapat menyebabkan polusi yang serupa di perairan.

Studi ini dimulai ketika peneliti Sam Athey dan rekannya menyadari bahwa serat katun berwarna indigo terus bermunculan di area tempat penelitian lingkungan mereka. Rekan Athey menilai, serat tersebut mungkin berasal dari pakaian yang sangat umum digunakan, yaitu jeans biru.

Dari situ, Athey dan tim peneliti melakukan investigasi mengenai distribusi denim serta serat mikro katun yang dibuat manusia di sepanjang sistem perairan Kanada. Serat mikro denim ditemukan pada kedalaman air lebih dari 1.500 meter.

Temuan tersebut mengindikasikan bahwa partikel-partikel serat mikro tersebut datang dari jarak yang jauh. Setelah itu, partikel-partikel tersebut terakumulasi di wilayah yang terpencil.

Serat mikro denim juga terdeteksi berasal dari air limbah di Danau Ontario. Air limbah tersebut dinilai berasal dari mesin cuci.

Melalui penelitian, tim peneliti juga berhasil menemukan berapa banyak serat mikro yang "terlepas" dari jeans dalam proses pencucian. Dalam satu kali proses pencucian, jeans bisa melepaskan sekitar 56.000 serat mikro.

Sebagai bentuk penanggulangan, Athey mengatakan beberapa studi mengindikasikan filter mesin cuci dapat membantu. Filter pada mesin cuci dinilai dapat memerangkap serat mikro sehingga partikel-partikel tersebut tidak mengalir keluar hingga mencemari perairan.

Tim peneliti menilai investigasi yang lebih jauh dibutuhkan untuk memahami dampak dari serat mikro katun yang diproses manusia. Akan tetapi, profesior di bidang keilmuan bumi Profesor Miriam Diamond menilai tak ada cukup waktu untuk hal itu karena keberadaan partikel-partikel polutan di air sudah terlalu banyak.

"Kita tak bisa terus menunggu untuk mengetahui apa dampaknya. Yang kami tahu adalah kita tidak bisa terus mencemari perairan seperti ini," ujar Diamond, seperit dilansir Huffington Post.

Diamond mengatakan, pecinta jeans dan bahan denim bisa ikut berupaya mengurangi dampak pencemaran ini. Salah satunya dengan menggunakan jeans berulang kali sebelum akhirnya dicuci.

Cara ini sudah dilakukan oleh CEO Levi's Chip Bergh. Pada 2014, Bergh mengatakan, dia tidak mencuci jeans miliknya setelah dipakai selama lebih dari satu tahun. Bergh mengajak pencinta denim untuk tidak terlalu sering mencuci jeans mereka demi menghemat air.

Selain dampaknya dalam melindungi lingkungan, mengurangi frekuensi pencucian jeans juga dapat membuat jeans lebih tahan lama. Jeans yang tidak dicuci juga tidak menyebabkan akumulasi bakteri yang banyak sehingga pecinta denim tak perlu khawatir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement