REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru mengungkap informasi penting yang menggambarkan tentang individu mana yang mengidap kanker yang lebih mungkin mengalami dampak parah atau meninggal jika mereka tertular virus corona SARS-CoV2. Penelitian ini menggunakan data dari jaringan kesehatan pembelajaran Syapse®.
Studi tersebut memungkinkan analisis terhadap lebih dari 154.585 orang yang telah menerima diagnosis kanker dan dirawat dalam lima tahun terakhir di tiga sistem kesehatan besar di Amerika Serikat Barat Tengah (Midwest). Karya tersebut kemudian dipresentasikan di Pertemuan Virtual tentang Covid-19 dan Kanker oleh the American Association for Cancer Research pada pertengahan Juli lalu.
"Kecepatan yang kami pikirkan, rancang, dan analisis dari penelitian ini sangat mengesankan, dan telah memungkinkan kami untuk lebih memahami dan mengantisipasi hasil klinis pasien dengan kanker dan Covid-19," kata Kepala Divisi Hematologi (Onkologi), Associate Director, Patient Experience and Clinical Care di Henry Ford Health System di Detroit, Shirish M. Gadgeel, MD, yang memimpin penelitian itu, dilansir di Forbes, Ahad (16/8).
Dari 150.000 pasien kanker, 800 orang didiagnosis dengan Covid-19 antara Februari dan Mei tahun ini. Studi tersebut menemukan bahwa orang dengan kanker yang didiagnosis dengan Covid-19 lebih cenderung juga memiliki kondisi kesehatan lain (komorbiditas) yang mempengaruhi ginjal, jantung, paru-paru dan pembuluh darah.
Sementara itu, orang lanjut usia (lansia) dengan kanker lebih mungkin meninggal karena Covid-19. Hal demikian seperti tercermin pada orang-orang tanpa kanker.
Para peneliti berharap bahwa informasi ini akan membantu ahli onkologi mengidentifikasi pasien mana yang mungkin berisiko lebih besar mengalami hasil yang parah atau fatal dari Covid-19. Sehingga, diharapkan mereka bisa mengambil tindakan yang tepat untuk mencoba mencegah infeksi, atau berusaha mengobatinya dengan cepat jika pasien terkena sakit.
Penelitian tersebut juga menemukan, bahwa orang kulit hitam non-hispanik dengan kanker yang tertular Covid-19 lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan menerima ventilasi mekanis dibandingkan orang dari kelompok ras lain yang mengidap kanker. Selain itu, orang yang mengidap kanker dengan pendapatan rumah tangga rata-rata rendah antara 0-30ribu dolar juga lebih mungkin memiliki hasil yang lebih buruk dari Covid-19 daripada mereka dengan pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi.
"Data kami mencerminkan kesenjangan perawatan kesehatan yang sangat dikenal di AS, terkait dengan pendapatan dan ras, yang multi-faktorial. Orang dapat berasumsi bahwa kesenjangan perawatan kesehatan ini hanya diperburuk dalam krisis perawatan kesehatan seperti pandemi saat ini," kata Gadgeel.
Para peneliti berharap mereka bisa membangun penelitian mereka dengan memperluas jumlah pasien yang dilibatkan, melihat hubungan antara jenis terapi kanker tertentu dan dampak Covid-19 dan mencari tahu apa efek jangka panjang Covid-19 pada pasien dengan kanker.
"Kami terus mencari cara untuk memanfaatkan bukti dunia nyata untuk mengoptimalkan perawatan bagi pasien kanker, terutama yang terkena dampak pandemi Covid-19," kata Kepala Petugas Medis di Syapse, Thomas Brown, MD, MBA.