REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia, pancuran air minum belum jamak tersedia. Namun, di beberapa tempat, seperti MRT Jakarta, fasilitas tersebut juga ada.
Selama pandemi, amankah memakai pancuran air minum untuk melepas dahaga? Sebenarnya, tak ada bukti bahwa seseorang bisa tertular Covid-19 dari air itu, namun karena virus kemungkinan tertinggal di permukaannya, para ahli merekomendasikan menghindari pancuran air minum atau membatasi kontak langsung saat menggunakannya.
Di Kota New York, misalnya, poster menginstruksikan seseorang menggunakan sarung tangan atau tisu untuk membuka keran air. Alternatifnya, cuci tangan sesudahnya serta hindari menyentuh wajah sampai tangan bersih. Pastikan area wajah tidak menyentuh cerat saat meminum air.
"Mengisi botol air juga lebih baik daripada meminum langsung dari pancuran air minum," kata peneliti virus di Columbia University, Angela Rasmussen, seperti dilansir Fox News, Jumat (14/8).
Langkah ini memastikan seseorang tidak mengalirkan liur di alat air pancur, sehingga lebih aman bagi orang lain. Tindakan pencegahan direkomendasikan karena permukaan pancuran air minum itu diyakini berkontribusi pada penyebaran Covid-19.
Meski demikian, para ahli mengatakan cara utama penyebaran virus adalah melalui droplet yang disemburkan orang ketika berbicara, batuk, atau bersin. Untuk meminimalkan kontak langsung dengan pancuran air minum, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS merekomendasikan sekolah dan kawasan bisnis mendorong setiap orang membawa air minum sendiri dari rumah.
CDC juga mengatakan, sekolah dan kawasan bisnis harus memeriksa pancuran air minum untuk mengantisipasi masalah kesehatan lainnya, sebelum dibuka lagi. Penutupan yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko Legiuner dan penyakit lain yang terkait dengan air. Genangan air dalam sistem perpipaan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri.