REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pandemi Covid-19 ternyata berpengaruh pada menurunnya tingkat diagnosis kanker di Amerika Serikat (AS). Sebuah studi mencatat, jumlah kanker yang didiagnosis setiap pekan di AS turun hampir 50 persen selama masa karantina Maret dan April, dibanding tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, kunjungan ruang gawat darurat tampaknya juga menurun untuk serangan jantung, strok, dan bahkan usus buntu. Menurut PBB, vaksinasi anak juga terhenti secara global. Semua ini karena kampanye skrining, logistik, dan akses ke perawatan kesehatan telah terganggu.
Analisis yang diterbitkan di Jama Network Open itu menetapkan periode dasar dari Januari 2019 hingga Februari 2020 untuk menentukan jumlah mingguan rata-rata kanker payudara, kolorektal, paru-paru, pankreas, lambung, dan esofagus.
“Selama pandemi, angka mingguan turun 46,4 persen (dari 4.310 menjadi 2.310) untuk gabungan enam kanker tersebut, dengan penurunan yang signifikan pada semua jenis kanker,” ungkap para penulis studi seperti dilansir dari Malay Mail, Kamis (6/8).
Penurunan tersebut sangat mencolok untuk kanker payudara, dengan tingkat diagnosis turun 51,8 persen. Meski penduduk telah menerakan jarak sosial, kasus kanker tidak mungkin berhenti.
“Penundaan dalam diagnosis kemungkinan akan mengarah pada presentasi stadium yang lebih lanjut dan hasil klinis yang lebih buruk," kat penulis.
Mereka juga mengutip perkiraan baru dari studi lain yang memperkirakan bahwa penundaan tersebut akan menyebabkan sekitar 34 ribu kematian akibat kanker berlebih di AS.
“Dampak lokal Covid masih sangat bervariasi di seluruh negeri. Jadi penting untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan Anda tentang tes skrining mana yang tepat untuk Anda dan bagaimana terlibat kembali dalam skrining dengan cara yang aman," demikian kata penelitian itu.