Ahad 19 Jul 2020 11:45 WIB

Sapardi Perpaduan yang Jarang Ada Dalam Sastra Indonesia

Sapardi Djoko Damono sastrawan sekaligus akademisi sastra.

                        Sapardi Djoko Damono menandatangani buku-buku yang dibeli penggemar puisinya dalam acara 77 Tahun Sapardi Djoko Damono, Launching 7 Buku dan Nyanyian Puisi.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Sapardi Djoko Damono menandatangani buku-buku yang dibeli penggemar puisinya dalam acara 77 Tahun Sapardi Djoko Damono, Launching 7 Buku dan Nyanyian Puisi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepergian penyair “Hujan Bulan Juni” Sapardi Djoko Damono mengagetkan banyak orang, khususnya kalangan sastrawan. Banyak ungkapan duka dan pujian yang ditujukan kepada almarum.

Salah satu di antaranya komentar dari Dr Helvy  Tiana Rosa MHum, pendri Forum Lingkar Pena (FLP) dan dosen  Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). “Sapardi Djoko Damono (SDD) merupakan sastrawan  sekaligus akademisi sastra. Ini perpaduan yg jarang ada dalam sastra Indonesia,” kata Helvy dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, “Karya-karya SDD  sangat indah dan dalam, seakan banyak peristiwa personal yang ia tangkap sebagai momen puitik.”

Helvy  pernah menjadi mahasiswa Sapardi di UI. “SDD dosen yang santai, ‘gaul’  dengan mahasiswa, dan semua yang beliau ajarkan nyangkut selamanya di otak saya. Selama jadi mahasiswa beliau, saya termasuk yang kadang berbeda cara pandang dengan  SDD tapi semua selalu kami akhiri dengan tawa dan huruf A di akhir semester,” ujarnya.

Sastrawan Indonesia, Prof Sapardi Djoko Damono dikabarkan meninggal dunia, Ahad (19/7) pukul 09.17 WIB. Sapardi meninggal dunia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 itu meninggalkan setumpuk karya, dari mulai sajak, puisi, hingga novel. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement