REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Mengenakan masker di tempat umum merupakan langkah kecil mencegah penyebaran Covid-19. Namun, masih ada orang-orang yang abai dan enggan memakai masker.
Bahkan, di beberapa tempat ada yang marah saat ditegur dan diminta memakai masker. Apa sebenarnya yang membuat mereka bereaksi berlebihan ketika ditegur untuk menggunakan masker?
Psikolog klinis, Joshua Klapow, yang juga profesor kesehatan masyarakat di The University of Alabama di Birmingham, memahami beberapa orang tidak akan mematuhi aturan baru. Tapi dia terkejut dengan reaksi keras yang terlihat di beberapa tempat.
"Manusia tidak suka merasakan ketidaknyamanan, jadi pada tingkat dasar, itulah yang mendorong beberapa orang melewatkan atau tidak memakai masker," ujarnya seperti dilansir di laman Today, Rabu (8/7),
Klapow mengatakan permintaan untuk meninggalkan perusahaan ketika menolak mengenakan masker cukup memalukan. Saat seseorang merasa malu, mereka cenderung berperilaku menyerang.
Di lain sisi, kebanyakan orang tidak mau melanggar hukum karena berpotensi terkena konsekuensi serius. Namun aturan memakai masker berbeda di satu tempat dengan tempat lain. Ada negara tempat yang mewajibkannya, namun ada pula yang menyerahkannya ke masing-masing orang.
"Itu menciptakan sumber frustrasi lain," kata Klapow.
Jika satu toko memungkinkan Anda berjalan tanpa masker, Anda mungkin merasa marah karena toko lain mewajibkan masker. "Kita akan membutuhkan konsekuensi yang lebih kuat karena tidak memakai masker," ujarnya.
Apabila Anda merasa marah karena harus mengenakan masker, dia menyarankan untuk mengingat bahwa situasinya bukan tentang orang lain yang mencoba mengendalikan Anda. Perlu diingat orang-orang yang bersikeras meminta Anda menggunakan masker melakukannya karena kepedulian yang tulus untuk diri mereka, orang lain, dan masyarakat pada umumnya. Tidak ada alasan untuk marah pada mereka," kata Klapow.
Psikolog sosial dan kepribadian sekaligus profesor emeritus psikologi dan ilmu saraf di Duke University di Durham, North Carolina, Mark Leary, mengatakan orang-orang yang marah saat ditegur tak pakai masker ingin melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Ancaman terhadap kebebasan seseorang untuk berperilaku sesuai keinginannya mengarah pada reaksi psikologis atau keinginan instan untuk mendapatkan kembali kebebasan itu.
"Saya harus mencatat, pemakai masker akan menjadi sama marahnya jika diberitahu bahwa mereka tidak bisa memakai masker saat mereka mau," ujarnya.
Leary mengatakan ketika orang lain mencoba membatasi kebebasan seseorang berperilaku sesuai keinginannya, hal itu sering melibatkan penilaian atau kritik, baik tersirat maupun eksplisit.
"Dalam kasus masker, pesannya adalah Anda harus melakukan sesuatu dan jika tidak, Anda tidak peduli, egois, irasional, tidak tahu apa-apa, atau hanya keras kepala," kata dia. Jadi, kemarahan dan agresi sebagai tanggapan atas kritik, devaluasi, dan penolakan daripada permintaan sederhana untuk memakai masker.