REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Zubairi Djoerban mengatakan pasien demam berdarah memiliki sejumlah gejala yang sama dengan pasien Covid-19. Misalnya gejala trombosit dan leukosit yang rendah, timbul demam, dan pegal linu.
Kesamaan gejala ini pun bisa menjadi kendala saat melakukan diagnosis awal terhadap pasien. “Jadi kesamaannya ada demam, pegel linu, trombosit rendah, leukosit rendah, itu yang bisa menjadi kendala,” ujar Zubairi kepada Republika, Ahad (5/7).
Agar tak salah diagnosis, penanganan terhadap pasien demam berdarah dilakukan dengan cara yang hampir sama seperti perlakuan pada pasien Covid yang disertai penyakit kumorbit. Mereka harus melalui pemeriksaan tes swab atau PCR terlebih dahulu untuk memastikan ada tidaknya virus covid.
Zubairi pun menyebut beberapa kali menemukan pasien dengan kasus DBD yang kemudian disertai dengan Covid-19.
“Untungnya sekarang ada protokol kalau rawat inap harus tes covid, untuk penyakit apapun. Untuk melindungi pasien dan juga orang lain di sekitarnya. Sekarang menjadi tidak terlalu sulit karena begitu rawat inap langsung dites swab,” tambahnya.
Ia pun menyampaikan pencegahan penyakit demam berdarah harus diutamakan untuk mencegah tingginya kasus DBD di saat pandemi Covid-19 merebak. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat yakni membersihkan lingkungan dan tempat penampungan air untuk menghilangkan jentik nyamuk.
“Kalau untuk masyarakat pencegahannya dilakukan dengan menghilangkan jentik-jentik. Membersihkan saluran air, penampungan air harus dikuras. Karena pencegahan itu lebih utama,” jelas Zubairi.