REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 1.500 seniman, termasuk Ed Sheeran, Paul McCartney, Rolling Stones, Dua Lipa hingga Coldplay, mengeluhkan sepinya industri hiburan panggung. Mereka mendesak pemerintah Inggris untuk bertindak.
Eric Clapton, Sam Smith, Rod Stewart, Liam Gallagher, hingga Iron Maiden turut meneken surat terbuka yang menggarisbawahi redupnya industri hiburan. Menurut mereka, situasi ini turut mengancam kehidupan para pekerjanya.
Mereka mengutip penelitian baru yang menunjukkan bahwa pertunjukan musik live berkontribusi untuk perekonomian Inggris, serta menciptakan 210 ribu pekerjaan pada tahun lalu.
"Musik live Inggris merupakan hasil sosial, budaya, dan ekonomi terbesar di Inggris dalam dekade terakhir," tulis mereka dalam surat kepada menteri kebudayaan dan olahraga Inggris, Oliver Dowden.
"Jarak sosial tanpa akhir, ditambah belum disepakatinya dukungan keuangan dari pemerintah, maka masa depan konser dan festival serta ratusan ribu orang yang bekerja di dalamnya tampak suram," lanjut pernyataan dalam surat terbuka itu.
Pemerintah Inggris memang telah melonggarkan anjuran untuk tetap berada di rumah bagi warganya. Namun pusat hiburan live tetap ditutup, sementara restoran dan museum diizinkan beroperasi pada akhir pekan ini.
"Sampai bisnis-bisnis itu dapat beroperasi lagi, paling memungkinkan pada awal 2021, dukungan pemerintah akan sangat penting untuk mencegah kebangkrutan massal dan akhir dari industri terkemuka di dunia ini," kata surat itu.
Industri hiburan meminta pemerintah menyiapkan timeline yang jelas untuk membuka tempat-tempat itu.
"Pertunjukan yang luar biasa tidak terjadi tanpa tim yang luar biasa di belakang panggung, tetapi mereka semua akan berhenti bekerja kecuali kita bisa kembali ke sana melakukan apa yang kita sukai," kata Gallagher.