REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) tidak rentan terjadi pada anak-anak. Tim ilmuwan dari School of Medicine di University of Texas Health Science Center di San Antonio baru-baru ini menerbitkan temuan mereka yang menunjukkan bahwa anak-anak lebih tahan terhadap penyakit ini.
Tinjauan mencakup 131 penelitian dari anak-anak di 26 negara yang diterbitkan antara 24 Januari hingga 14 Mei. Ini adalah tinjauan sistematis terbesar untuk penderita Covid-19 usia anak-anak dan orang dewasa dengan usia yang lebih muda.
"Dalam penelitian ini, kami melaporkan gejala yang paling umum, mengukur temuan laboratorium dan menggambarkan karakteristik pencitraan anak-anak dengan Covid-19,” ujar penulis senior studi Dr Alvaro Moreira, yang merupakan asisten profesor pediatri di UT Health San Antonio, dilansir Health 24, Jumat (3/7).
Data tim peneliti termasuk 7.780 pasien yang menjangkau spektrum usia anak. Analisis mereka mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:
A. 19 persen dari populasi anak dengan Covid-19 tidak memiliki gejala
B. 21 persen menunjukkan lesi bercak pada rontgen paru-paru
C. 5,6 persen menderita koinfeksi, seperti flu, terlepas dari Covid-19
D. 3,3 persen dirawat di unit perawatan intensif
E. Tujuh kematian dilaporkan
Menurut ulasan tersebut, gejala yang paling umum dialami pada anak-anak dengen Covid-19 adalah serupa dengan orang dewasa, yaitu mulai dari demam dan batuk, dengan persentase masing-masing 59 persen dan 56 persen. Riwayat medis masa lalu ditemukan pada 233 pasien dan di antara kelompok ini, 152 anak sudah memiliki sistem kekebalan yang terganggu atau penyakit pernapasan, hingga jantung.
Moreira mengatakan bahwa ia dan anggota peneliti lainnya terkejut dengan jumlah anak yang telah memberikan hasil yang sangat baik. Tim studi juga memberikan komentar yang meyakinkan bahwa, meski Covid-19 dengan gejala yang parah terlihat pada anak-anak, ini hanya terjadi dalam situasi yang sangat langka.
Langkah-langkah pemeriksaan laboratorium yang secara konsisten abnormal ditemukan pada pasien Covid-19 pediatrik termasuk penanda inflamasi seperti creatine kinase, interleukin-6, dan prokalsitonin. Menurut rilis berita universitas tentang penelitian ini, sejumlah kecil pasien anak-anak ditemukan memiliki sindrom inflamasi multisistem, yang paralel dengan bentuk ekstrem Covid-19 yang terlihat pada orang dewasa.
Anak-anak dengan peradangan sistemik mengalami penurunan yang signifikan dalam jumlah limfosit atau kondisi salah satu jenis utama sel kekebalan dalam tubuh dalam darah mereka. Moreira mengatakan, mereka yang tidak memiliki bentuk ekstrem Covid-19, sebanyak 42 persen limfosit ditemukan dalam darah mereka, dibandingkan dengan 11 persen dengan sindrom multisistem.
Sembilan pasien juga mengalami gagal ginjal dan sembilan lainnya gagal hati, sementara 19 pasien mengalami syok. Sebanyak 42 pasien membutuhkan ventilasi mekanik.
Gagal ginjal terlihat pada sembilan pasien anak, gagal hati juga pada sembilan, dan syok pada 19 anak. Selain itu, bantuan alat ventilasi mekanik diperlukan oleh 42 pasien.
Sindrom inflamasi multisistem pediatrik
Menurut Moreira, tinjauan tim peneliti kali ini tidak termasuk lonjakan baru pasien di New York, Amerika Serikat (AS), serta Inggris dan Italia, di mana dokter-dokter spesialis telah mulai menemukan sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) pada anak-anak atau dahulu disebut sindrom multisistem inflamasi anak (PMS).
Ini menggambarkan kondisi kesehatan baru terlihat pada anak-anak yang telah terinfeksi dengan virus corona tipe baru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menjelaskan bahwa pihaknya belum tahu apa yang menyebabkan MIS-C.
"Namun, kami tahu bahwa banyak anak dengan MIS-C terinfeksi virus yang menyebabkan Covid-19 atau pernah berada di sekitar seseorang yang positif Covid-19," ungkap pernyataan CDC.
Menurut CDC, MIS-C dapat menjadi serius, bahkan mematikan. Akan tetapi, kebanyakan anak-anak yang didiagnosis dengan kondisi ini menjadi lebih baik dengan perawatan medis.
Health 24 sebelumnya melaporkan penyakit seperti Kawasaki yang terkait dengan Covid-19 menyerang anak-anak. Meskipun dapat menyebabkan penyakit parah pada pasien cilik, menurut para peneliti, kondisi tersebut sangat jarang terjadi.