Warta Ekonomi.co.id, Bogor
Halaman utama Google menampilkan ilustrasi persawahan bertuliskan nama perusahaan itu, Senin (29/6/2020). Nah, ilustrasi itu merupakan peringatan penetapan warisan budaya dunia 'Subak' yang ada di Bali, Indonesia.
Subak merupakan organisasi milik masyarakat petani di Bali yang mengelola sistem irigasi sawah secara tradisional. Subak yang luasnya kurang lebih 20 ribu hektare itu terletak di lima kabupaten: Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, dan Tabanan.
"Subak bagi masyarakat Bali tak hanya sekadar sistem irigasi, tetapi juga konsep kehidupan bagi rakyat Bali sendiri. Subak merupakan gambaran langsung dari filososfi Tri Hita Karana," tulis Pemerintah Kabupaten Buleleng di laman resminya.
Baca Juga: Google Bakal Bayar Konten Berita Grup Media, Dimulai dari Negara . . . .
Baca Juga: Meninggal di Bali, Influencer Tajir Rusia Ini Nyaris Jatuh Miskin
Ilustrasi 'Subak' di Google Doodle, Senin (29/6/2020)
Tri Hita Karana sendiri terdiri dari kata Tri (tiga), Hita (kebahagiaan/kesejahteraan), dan Karana (penyebab); yang berarti 'tiga penyebab terciptanya kebahagiaan/kesejahteraan'. Tiga hal itu ialah:
1. Parahyangan: hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan.
2. Pawongan: hubungan harmonis antara manusia dan sesama.
3. Palemahan: hubungan harmonis antara manusia dan alam/lingkungan.
Dalam sistem irigasi Subak, pembagian air menganut konsep 'adil dan merata'. Sudah begitu, para penganut metode Subak juga menentukan jenis padi dan waktu penanamannya bersama, yang berlandaskan filosofi Tri Hita Karana.
Nah, pemerintah Indonesia telah mengajukan permohonan agar Subak menjadi Warisan Budaya Dunia sekitar 2000-an. Pada akhirnya, 12 tahun kemudian, UNESCO menyetujui dan menetapkan Subak sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia pada 29 Juni 2012.