REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Penyanyi Beyonce Knowles dikabarkan siap bergabung dengan Kelly Rowland dan Michelle Williams untuk reuni di bawah bendera Destiny's Child. Grup yang mulai terkenal pada 1999 lewat album berjudul The Writing’s On The Wall ini sedang tahap pembicaraan, perencanaan pertunjukan, dan rekaman ketika pandemi Covid-19 berakhir.
"Untuk sementara, ada pembicaraan di antara ketiganya, mereka selalu berkata akan kembali bersama suatu hari ketika waktunya tepat, dan tidak ada waktu (yang tepat) seperti sekarang," ujar salah seorang sumber yang enggan disebutkan namanya seperti dilansir di laman Mirror.co.uk, baru-baru ini.
Sumber tersebut mengatakan hingga saat ini belum ada satu pun hal yang ditandatangani. "Tapi begitu pandemi berakhir, bersiaplah menerima pengumuman. Itu benar-benar akan mengangkat semangat penggemar," kata sumber tersebut.
Destiny’s Child adalah salah satu grup vokal perempuan sukses yang pernah menjual 60 juta rekaman dengan hit seperti "Bootylicious", "Bills, Bills, Bills", dan "Say My Name". Mereka bubar pada 2006, tetapi kembali bersama untuk tampil di NFL Super Bowl pada 2013 dan Festival Coachella pada 2018.
Beyonce sendiri baru saja merilis lagu yang mengejutkan penggemar, "Black Parade". Lagu ini dirilis hanya beberapa jam setelah Beyonce mengumumkan sebuah inisiatif baru untuk mendukung bisnis milik orang-orang berkulit hitam.
Lagu ini juga dirilis bertepatan dengan hari peringatan Juneteenth. Juneteenth merupakan hari peringatan yang menandai berakhirnya praktik perbudakan di Amerika Serikat.
"Black Parade" memiliki lirik lagu yang kuat mengenai sejarah orang berkulit hitam, kekerasan polisi, serta aksi protes atas kematian George Floyd. Beberapa bait dari lirik "Black Parade" adalah put your fists up in the air, show black love. Need peace and reparation for my people (angkat kepalan tanganmu ke udara, tunjukkan cinta (orang berkulit) hitam. Dibutuhkan kedamaian dan perbaikan untuk orang-orangku).
Selain itu, lirik lagu "Black Parade" juga sedikit memberikan referensi mengenai pandemi Covid-19. Referensi ini terlihat pada salah satu lirik yang memuat kata hazmat.
Beberapa isu penting lain yang disebut dalam lirik "Black Parade" adalah ekkerasan polisi dan sosok Tamika Mallory. Mallory merupakan seorang aktivits yang aktif menggelorakan gerakan Black Lives Matter dan pawai untuk kaum perempuan.
"Black Parade" merupakan lagu solo pertama Beyonce yang rilis sejak lagu "Homecoming". Lagu ini sudah tersedia di berbagai layanan streaming setelah Beyonce meluncurkan Black Parade Route.
Black Parade Route merupakan direktori daring mengenai berbagai bisnis yang dikelola orang-orang berkulit hitam. Produk-produk yang dijual mulai dari fesyen, produk kecantikan, perabotan rumah hingga kopi.
"Menjadi (orang berkulit) hitam adalah aktivisme Anda. Keunggulan (orang berkulit) hitam adalah bentuk protes. Sukacita (orang-orang berkulit) hitam adalah hak Anda," tulis Beyonce sebagai tagline untuk laman Black Parade Route yang dia luncurkan dalam situs Beyonce.com.
Dilansir di BBC, Beyonce merupakan salah satu figur publik yang sangat vokal dalam menyuarakan protes antirasialisme. Aksi protes antirasiliasisme ini mulai mencuat sejak tragedi kematian George Floyd.
Melalui akun Instagram pribadinya, Beyonce sempat mengecam tragedi kematian George Floyd. Beyonce berseru agar kematian sia-sia tak lagi terjadi.
"Tak lagi melihat orang-orang kulit berwarna sebagai manusia yang lebih rendah. Kita tak bisa lagi berpaling. Terus berdoa untuk kedamaian dan cinta kasih dan kesembuhan untuk negara kita," ujar Beyonce.