Rabu 10 Jun 2020 22:35 WIB

Sikap Mental yang Dibutuhkan untuk Hadapi New Normal

Seseorang harus memiliki ketahanan, tangguh, sekaligus kuat menghadapi new normal.

Seseorang harus memiliki ketahanan, tangguh, sekaligus kuat menghadapi new normal.
Foto: Piqsels
Seseorang harus memiliki ketahanan, tangguh, sekaligus kuat menghadapi new normal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang Rini Sugiarti menekankan pentingnya resiliensi guna menghadapi pandemi COVID-19 dan normal baru. Resiliensi merupakan suatu kemampuan beradaptasi dan teguh dalam keadaan sulit setiap individu

"Kondisi saat ini adalah kondisi ketika kita semua harus beradaptasi dengan sesuatu yang mengagetkan, tidak terencana, yang membuat orang bingung," kata psikolog yang juga anggota pengurus pusat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) itu dalam diskusi daring diadakan AJI Indonesia di Jakarta, Rabu (10/6).

Baca Juga

Ia mengemukakan beberapa hal yang harus dimiliki individu dalam normal baru di tengah pandemi virus corona jenis baru itu. Akan sangat ideal, kata dia, jika orang memiliki ketahanan dengan sifat tangguh, lentur, dan kuat dalam menghadapi sesuatu.

Hal itu, kata dia, tidak hanya berlaku untuk orang yang sudah mengalami masalah kesehatan jiwa tetapi juga sebagai cara individu menjalani normal baru agar bisa beradaptasi dengan baik.

Ia juga mengatakan perlunya individu memiliki agilitas atau kelincahan bergerak, sebagai sesuatu yang diperlukan ketika mempersiapkan diri memasuki normal baru.

Menurut Rini, jika resiliensi lebih kepada kepribadian maka agilitas harus disertai dengan kecerdasan. Pintar yang dimaksud dalam "agilitas", kata dia, tidak hanya mampu menyelesaikan masalah sendiri tetapi juga membantu orang lain.

Kecerdasan kognitif, kata dia, tidak cukup untuk membuat individu bisa beradaptasi dan harus disertai kecerdasan lain.

Kemampuan memimpin diri sendiri, katanya, juga penting dalam normal baru. Kemampuan manajemen diri penting karena tidak hanya bisa membantu diri sendiri tetapi juga orang lain.

"Jadi kalau bicara teori kepemimpinan, pemimpin yang baik itu adalah yang bisa memberikan. Saat ini, yang dibutuhkan adalah yang seperti itu," kata dia.

Egoisme pada saat seperti ini, ujarnya, tidak akan bisa membuat kondisi menjadi lebih maju.

Hal yang dibutuhkan adalah saling mendukung antara satu dengan lainnya menjelang adaptasi hidup di tengah pandemi.

Selain itu, katanya, individu membutuhkan kepekaan sosial dalam menghadapi normal baru. Masyarakat Indonesia sudah memiliki modal awal dengan karakter gotong royong.

Empati dan keramahan, menurut Rini, perlu dimunculkan sehingga individu tidak hanya tangguh dan lincah untuk siap beradaptasi dalam normal baru tetapi juga membantu orang lain.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement