Rabu 03 Jun 2020 06:55 WIB

Jurus Jitu Mengatasi Konflik Rumah Tangga

Konflik rumah tangga tak boleh didiamkan, harus dibicarakan.

Suami istri bertengkar/ilustrasi. Konflik rumah tangga harus diselesaikan dengan baik.
Foto: moneycrasher.com
Suami istri bertengkar/ilustrasi. Konflik rumah tangga harus diselesaikan dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda termasuk yang tengah berkonflik dengan pasangan di masa pandemi Covid-19 saat ini, tetapi ingin coba mengajak si dia menyelesaikan masalah bersama? Pertama-tama, pastikan suasana hati Anda dan dia sudah lebih baik.

"Tenangkan diri dulu 15-30 menit, sambil mendengarkan musik atau latihan pernapasan," kata psikolog dari Tiga Generasi, Alfath Hanifah Megawati dalam diskusi via daring, Selasa.

Baca Juga

Untuk tipe yang ekspresif, menurut Alfath, menenangkan diri bisa sambil mengerjakan sesuatu. Misalnya, mencuci piring agar energinya tersalurkan hingga agak lebih tenang.

Setelah suasana hari sudah tenang, mulailah mengajak pasangan berbicara dengan topik yang sepele disertai humor. Ingatlah untuk tidak menggunakan bahasa yang bernada menyalahkan pasangan Anda.

"Mulai dari hal receh dulu, pentingnya diselipi humor. Hindari bahasa-bahasa menyalahkan. Penting belajar mengomunikasikan apa yang kita rasakan, bukan apa yang pasangan lakukan pada kita," tutur psikolog yang biasa disapa Ega itu.

Menurut Ega, pada prinsipnya Anda sudah harus terbiasa berkomunikasi dengan pasangan, bukan semata saat ada masalah. Anda bisa mencoba membicarakan hal semacam mengomentari berita atau malah drama Korea Selatan alias drakor, seperti yang suka dilakukan selebritas Tarra Budiman bersama istrinya.

"Prisipnya komunikasi enggak hanya saat berkonflik, harus dijadikan rutinitias. Biasakan berkomunikasi bahkan untuk hal-hal receh, humor, bukan hal-hal serius saja. (Bicarakan) hal-hal yang membuat kita berani bicara. Ngomentarin drama Korea, berita," tutur dia.

Ega tidak menyarankan Anda berdiam diri saat sedang bermasalah dengan pasangan. Berbeda halnya jika diam yang Anda lakukan bagian dari cara menenangkan diri.

Di luar upaya menenangkan diri, diam merupakan bahasa yang kurang bagus dalam berkonflik. Anda tak bisa berharap pasangan tahu isi pikiran dan hati Anda jika tak bicara.

"Kalau fungsi diam untuk menenangkan diri, bagus. Tetapi berharap pasangan tahu, bisa membaca pikiran kita, itu salah," kata dia.

Di sisi lain, lakukan evaluasi diri. Perhatikan apakah Anda berekspresi menakutkan saat berbicara dengan pasangan kala ada masalah atau cara berbicara yang tidak cukup santai. Bisa jadi, saat pasangan berkomunikasi dengan Anda justru tertekan.

"Jangan-jangan setiap berkonflik kita memasang ekspresi menakutkan sehingga tidak membuka ruang diskusi yang nyaman dengan pasangan. Tilik dari kita bukan hanya dari sisi pasangan. Jangan-jangan saya yang enggak cukup santai," kata Ega.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement