REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisa menerbitkan buku di penerbit mayor tentu menjadi impian para penulis. Namun untuk menembus penerbit mayor bukan perkara mudah, apalagi para penulis muda seringkali melakukan kesalahan ketika mengirimkan naskahnya.
Penulis Republika Penerbit, Syahruddin El Fikri dalam Workshop virtual bertajuk ‘Yuk Menerbitkan Buku’ pada Selasa (2/6) menjabarkan beberapa kesalahan penulis. Pertama, penulis mengirimkan naskah ke penerbit yang bukan bidangnya atau naskah tidak sesuai dengan visi misi penerbit.
Kesalahan kedua, penulis membuat naskah dalam jumlah halaman yang sedikit. Menurut Syahruddin, minimal penulis harus menulis 200 halaman agar buku mudah terlihat saat ditampilkan di rak penjualan.
"Kalau bukunya tipis akan susah didisplay di rak penjualan. Apalagi maaf, jika kita bukanlah orang yang terkenal, jadi ya makin susah buku kita dikenal dan dibeli oleh pembaca," kata Syahruddin.
Adapun kesalahan ketiga yaitu penulis sering bercerita tentang pengalaman pribadi. Padahal penulisnya bukan siapa-siapa, sehingga naskah tersebut mudah ditolak penerbit.
Dalam workshop virtual tersebut, Syahruddin juga membahas tentang sekelumit masalah penerbitan buku dan proses kreatif penulisan. Salah satu peserta workshop yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Forum Zakat (FOZ) Nana Sudiana turut mengapresiasi diselenggarakannya workshop ini.
Menurut Nana, workshop virtual 'Yuk Menerbitkan Buku' sangat memperkaya pemahaman dirinya tentang bagaimana menyiapkan diri untuk menulis buku dan menerbitkannya.
"Saya kira, persoalan menulis tak cukup hanya menulis. Ia juga harus tuntas idenya dalam konsep utuh berupa tulisan lengkap dalam bentuk buku," kata Nana kepada Republika.
Dengan menulis buku dan berhasil diterbitkan, lanjut dia, kita bisa semakin memperluas ide dan memperpanjang ide atau gagasan sehingga bisa sampai ke banyak orang. Karenanya, pembahasan workshop tersebut akan sangat bermanfaat bagi siapapun yang ingin menjadi penulis dan mengirim naskahnya ke penerbit mayor.
Peserta lainnya, Yunus Husein, juga menilai bahwa workshop cukup informatif dan dia pun banyak belajar hal baru tentang proses kreatif menulis dan menerbitkan buku.
"Narasumber juga berpengalaman seperti halnya pada workshop penulisan cerpen. Hanya saja terlalu optimis, padahal menerbitkan buku melalui penerbit mayor," kata Yunus yang merupakan mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).